Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi (Postel) kembali diperingati pada 27 September 2025. Peringatan ke-80 tahun ini menjadi momen penting untuk mengenang jejak perjuangan merebut kedaulatan komunikasi, sekaligus menegaskan urgensi pemerataan digital di era modern.
Peringatan Hari Bhakti Postel bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan sebuah momentum strategis untuk menegaskan kontribusi sektor pos dan telekomunikasi dalam pembangunan nasional. Sejak awal, peringatan ini selalu erat kaitannya dengan perjalanan bangsa dalam menjaga kedaulatan komunikasi dan memperluas akses teknologi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Lahirnya Hari Bhakti Postel
Mengutip dari Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Hari Bhakti Postel berawal dari perjuangan heroik Angkatan Muda PTT (Pos, Telegraf, dan Telepon) pada 1945. Para pemuda, termasuk nama-nama seperti Soetoko, Slamet Soemari, Joesoef, Agoes Salman, dan Nawawi Alif, bersepakat untuk segera merebut Kantor Pusat PTT dari tangan Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menempuh jalur perundingan dengan pihak Jepang dari 23 hingga 27 September 1945, tetapi upaya itu menemui kegagalan. Karena perundingan tidak membuahkan hasil, Angkatan Muda PTT (AMPTT) memutuskan untuk merebut kantor itu dengan kekuatan rakyat.
Puncaknya, pada 27 September 1945, aksi perebutan berhasil dilakukan. Bendera Jepang diturunkan dan bendera Sang Merah Putih dikibarkan dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Peristiwa bersejarah ini menandai kembalinya kedaulatan komunikasi ke tangan bangsa sendiri. Sejak saat itu, 27 September diperingati sebagai Hari Bhakti Postel.
Tema dan Logo Hari Bhakti Postel ke-80
Dilansir Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), peringatan Hari Bhakti Postel ke-80 tahun ini mengusung tema "Kolaborasi Percepat Digitalisasi". Tema ini merefleksikan komitmen kuat pemerintah dan industri untuk mempercepat pemerataan konektivitas digital di seluruh pelosok negeri.
Komdigi menjelaskan bahwa lebih dari sekadar teknologi, pembangunan infrastruktur digital berfungsi sebagai jembatan yang menyatukan masyarakat dari berbagai pulau dan latar belakang. Akses internet yang merata tidak hanya mempersempit kesenjangan sosial dan ekonomi, tetapi juga memperkuat persatuan budaya antarwilayah.
Dengan koneksi yang semakin baik, masyarakat di pelosok dapat berinteraksi dan berkolaborasi tanpa batas. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, internet membuka ruang baru bagi persatuan bangsa di era digital. Hari Bhakti Postel ke-80 menegaskan bahwa infrastruktur digital memiliki peran vital dalam menyatukan negeri. Setiap langkah pembangunan jaringan bukan hanya soal instalasi kabel, BTS (Base Transceiver Station), atau satelit, melainkan tentang menghadirkan kesempatan yang setara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bersamaan dengan tema tersebut, Komdigi juga telah merilis logo Hari Bhakti Postel ke-80. Logo ini menampilkan angka delapan puluh dengan desain melingkar yang didominasi warna biru, hijau, oranye, dan merah. Simbol ini secara visual mencerminkan kolaborasi lintas sektor yang saling terhubung untuk mempercepat proses digitalisasi.
![]() |
Lihat juga Video Angga Raka: Badan Komunikasi Pemerintah adalah Transformasi PCO