Sineas Indonesia berpartisipasi dalam Busan International Film Festival (BIFF) 2025 di Busan, Korea Selatan, pada 17-26 September 2025. Tahun ini, Indonesia tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga berkontribusi dalam program-program utama festival, forum industri, dan kerja sama internasional.
"Film adalah media rekognisi internasional, penggerak ekonomi, dan jembatan yang menghubungkan masyarakat. Keikutsertaan Indonesia di Busan International Film Festival 2025 adalah wujud nyata pengakuan dunia terhadap sinema kita. Kehadiran para sineas di panggung utama dunia menunjukkan bahwa karya-karya Indonesia mampu bersaing secara kualitas sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam lanskap perfilman global," ujar Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Minggu (21/9/2025).
Partisipasi Indonesia di BIFF 2025 diharapkan dapat memperluas peluang kerja sama internasional sekaligus memperkuat ekosistem perfilman nasional. Hal ini sejalan dengan misi besar Kementerian Kebudayaan untuk menghadirkan budaya sebagai kekuatan bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Kemenbud, Ahmad Mahendra mengatakan pihaknya turut memberikan ruang dan kesempatan bagi talenta perfilman Indonesia untuk mendapatkan rekognisi internasional. Dukungan ini dihadirkan melalui fasilitasi dan program, termasuk Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya.
"Partisipasi Indonesia di Busan International Film Festival selalu menjadi momentum penting. Ini bukan hanya ruang apresiasi karya, tetapi juga pengakuan dunia terhadap kualitas talenta sinema kita. Melalui program MTN Seni Budaya, kami ingin memastikan sineas memperoleh dukungan berkelanjutan, mulai dari pengembangan kapasitas hingga akses ke jejaring global," paparnya.
Di sisi lain, aktor sekaligus pemeran film Pangku, Reza Rahadian menyampaikan apresiasinya kepada BIFF 2025 dan Kementerian Kebudayaan yang telah memilih filmnya untuk berkompetisi di acara ini.
Pada tahun ini, enam film Indonesia tampil di BIFF 2025, di antaranya Esok Tanpa Ibu (Mothernet) karya Ho Wi Dong, Pangku (On Your Lap) karya Reza Rahadian, Rangga & Cinta karya Riri Riza, Sekat-Sekat (Throughout These Cages) karya Aaron Pratama, The Fox King karya Woo Ming Jin (kolaborasi Indonesia-Malaysia), serta Badarawuhi di Desa Penari. Empat di antaranya melangsungkan world premiere di Busan, menegaskan pengakuan internasional atas kualitas karya sineas Indonesia.
"Saya merasa sangat terhormat dan dengan penuh kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada BIFF 2025 karena telah memilih film kami untuk tayang dan berkompetisi. Saya juga senang bisa kembali ke BIFF tahun ini dengan film yang saya sutradarai, bukan sebagai aktor seperti dua film saya yang sebelumnya juga masuk BIFF," kata Reza.
"Apresiasi saya juga kepada Kementerian Kebudayaan yang terus mendorong perfilman nasional sehingga bisa mendunia. Semoga karya ini diterima dengan baik oleh komunitas film, bisa menjadi refleksi bagi audiens global dan memiliki resonansi dengan perjuangan karakter-karakter di filmnya," lanjutnya.
Senada, aktor yang berperan di Film Sekat-Sekat, Vandy Woo juga mengapresiasi dukungan Kementerian Kebudayaan lewat program MTN Seni Budaya.
"Bagi saya, dukungan dari MTN Seni Budaya bukan hanya tiket menuju festival internasional, tetapi juga pengakuan bahwa karya sineas Indonesia layak berdialog di panggung dunia. Rekognisi ini membuka jendela kolaborasi lintas negara, sekaligus meneguhkan bahwa cerita-cerita kita, dari akar budaya hingga kehidupan sehari-hari, punya tempat di hati penonton global," ucapnya.
"Saya juga mengapresiasi Kementerian Kebudayaan yang terus hadir sebagai 'rumah besar' bagi para pekerja seni. Dukungannya memberi energi baru agar kami tidak sekadar membuat film, tapi juga membawa nama Indonesia dengan rasa bangga," sambungnya.
Sebagai informasi, kepercayaan global terhadap perfilman Indonesia juga tercermin dari peran sineas di berbagai forum. Produser Yulia Evina Bhara terpilih sebagai juri kompetisi resmi BIFF 2025 sekaligus menjadi pembicara panel Cinematic Connections: Secrets of Successful Asia-Europe Co-Productions. Selain itu, sejumlah profesional Indonesia turut mengisi diskusi di Asian Contents & Film Market (ACFM), termasuk Mia Santosa (Visinema), Sigit Prabowo (Cinepoint), FX Iwan (Jagartha), Linda Gozali (JAFF Market), dan Gugi Gumilang (Hot Docs).
Dalam sesi khusus 'True Stories of Indonesia', From Local Roots to Global, Matta Cinema Production (MCP) menampilkan proyek film berbasis IP lokal bersama Nugroho Dewanto, Wahyu Dhyatmika, dan Lyza Anggraheni, dipandu oleh Ismail Basbeth. Sementara itu, regenerasi perfilman Indonesia ditandai dengan keikutsertaan tiga talenta muda yakni Vincent Avelio Sentosa, Nona Ica, dan Bela Nabila dalam program Platform Busan. Di lini dokumenter, dua proyek Indonesia, Oma karya Armin Septiexan dan Sandan Love Garden karya Luthfi Muhammad, dipresentasikan dalam Documentary WIP Showcase.
Pada momen ini, dilakukan juga penandatanganan kerja sama antara Cinepoint dan JAFF Market untuk memperluas jaringan distribusi film Asia Tenggara. Keterlibatan menyeluruh Indonesia di BIFF 2025 menegaskan posisi Indonesia sebagai pusat pertumbuhan industri film Asia yang dinamis, kolaboratif, dan visioner.
(prf/ega)