4 Fakta Larangan Medsos di Nepal Berujung Unjuk Rasa Berdarah

4 Fakta Larangan Medsos di Nepal Berujung Unjuk Rasa Berdarah

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 10 Sep 2025 07:28 WIB
Ribuan warga turun ke jalan di Kathmandu, Nepal, Selasa (9/9/2025), untuk memprotes pembunuhan 19 orang yang terjadi sehari sebelumnya. Aksi massa ini dipicu oleh kekecewaan mendalam terhadap pemerintah, usai gelombang protes antikorupsi yang sempat meletus menyusul larangan media sosial yang kemudian dicabut. REUTERS/Navesh Chitrakar
Demo di Nepal (Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar)
Jakarta -

Unjuk rasa besar-besaran di Nepal menelan korban jiwa. Demo berdarah itu dilatarbelakangi oleh massa yang menolak pemerintah Nepal melarang beberapa media sosial di negara tersebut.

Sejumlah situs medsos seperti Facebook, YouTube, dan X yang tidak bisa diakses di Nepal sejak Jumat (5/9). Kebijakan pemblokiran medsos itu rupanya memicu kemarahan rakyat Nepal hingga turun ke jalan melakukan unjuk rasa.

Namun, demo besar-besaran di Nepal pada Senin (8/9) itu berakhir ricuh hingga menewaskan belasan orang. Berikut ini fakta-fakta demo berdarah di Nepal yang dirangkum detikcom, Rabu (10/9/2025):

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Demo di Nepal Ricuh Tewaskan 19 Orang

Dilansir AFP, Selasa (9/9), demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Nepal berakhir ricuh hingga mengakibatkan 19 orang meninggal dunia. Polisi menggunakan peluru karet, gas air mata, meriam air, dan pentungan ketika para demonstran menerobos kawat berduri dan mencoba menyerbu ke area terlarang di dekat gedung parlemen.

"Tujuh belas orang tewas," kata Shekhar Khanal, juru bicara kepolisian Lembah Kathmandu, kepada AFP. Dua orang lainnya tewas di Distrik Sunsari di Nepal timur, lapor media lokal.

ADVERTISEMENT

Khanal mengatakan sekitar 400 orang terluka, termasuk lebih dari 100 polisi. Sirene meraung-raung di seluruh kota saat para korban luka dibawa ke rumah sakit. PBB menuntut penyelidikan yang cepat dan transparan atas kekerasan tersebut.

"Kami terkejut dengan pembunuhan dan cedera yang dialami para pengunjuk rasa di Nepal hari ini dan mendesak penyelidikan yang cepat dan transparan," kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, Ravina Shamdasani, dalam sebuah pernyataan.

"Kami telah menerima beberapa tuduhan yang sangat mengkhawatirkan tentang penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional oleh pasukan keamanan."

Amnesty International mengatakan peluru tajam telah digunakan terhadap para pengunjuk rasa. Pemerintah distrik memberlakukan jam malam di beberapa area utama kota.

2. Nepal Cabut Larangan Medsos

Pemerintah Nepal mencabut larangan media sosial setelah terjadi unjuk rasa yang menewaskan sedikitnya 19 orang di negara tersebut. Unjuk rasa itu menuntut pemerintah mencabut pembatasan medsos yang diberlakukan sejak pekan lalu, dan menuntut pemberantasan korupsi.

Menteri Komunikasi Nepal Prithvi Subba Gurung, seperti dikutip media lokal dan dilansir AFP, Selasa (9/9), mengatakan bahwa pemerintah telah mencabut larangan media sosial setelah rapat kabinet darurat digelar.

Laporan seorang reporter AFP di ibu kota Kathmandu menyebut semua aplikasi media sosial utama kini telah berfungsi kembali.

Beberapa situs media sosial, termasuk Facebook, YouTube, dan X, diblokir di Nepal sejak Jumat (5/9) pekan lalu, setelah pemerintah memblokir 26 platform yang tidak terdaftar.

Pemblokiran itu memicu kemarahan publik yang meluas, terutama di kalangan generasi muda yang sangat bergantung pada aplikasi tersebut untuk berkomunikasi.

Hal itu juga memicu kemarahan terhadap pemerintah di negara dengan tingkat pengangguran sekitar 10 persen, dan pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita menurut Bank Dunia, hanya US$ 1.447 (Rp 23,8 juta).

3. PM Nepal Mundur Usai Rumahnya Dibakar Demonstran Gen Z

Perdana Menteri (PM) Nepal KP Sharma Oli mengundurkan diri pada hari Selasa (9/9) setelah dua hari aksi antikorupsi yang diwarnai kekerasan di Kathmandu, ibu kota Nepal. Aksi demo ini dipimpin oleh para anak muda. Oli mengundurkan diri setelah massa demonstran Generasi Z tersebut melakukan pembakaran gedung parlemen dan rumah-rumah para pemimpin, termasuk rumahnya sendiri.

"PM telah mengundurkan diri," ujar ajudannya, Prakash Silwal, dilansir kantor berita Reuters, Selasa (9/9). Rekaman video menunjukkan Oli meninggalkan ibu kota Nepal, Kathmandu dengan helikopter militer.

Sebelum mengundurkan diri, Oli memimpin pertemuan seluruh partai politik Nepal, dan mengatakan 'kekerasan bukanlah kepentingan bangsa'. "Kita harus memastikan dialog damai untuk menemukan solusi atas masalah ini," ujarnya.

Pengunduran diri Oli merupakan tuntutan utama para demonstran Gen Z. Namun, pengunduran diri Oli tidak serta merta berarti pemerintahan Nepal telah tumbang. Oli adalah kepala eksekutif di negara Himalaya tersebut, tetapi Presiden Ram Chandra Poudel-lah yang menjadi kepala pemerintahan. Namun, beberapa sumber mengatakan kepada NDTV, bahwa hanya masalah waktu sebelum Poudel juga mundur dan pemerintahan sepenuhnya digulingkan.

Untuk saat ini, nasib pemerintah Nepal masih belum jelas. Ada laporan bahwa tentara akan turun tangan hingga ketertiban pulih dan pemerintahan baru terbentuk.

Pengunduran diri Oli dikonfirmasi beberapa jam setelah para pengunjuk rasa menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah, termasuk Parlemen, kediaman pribadi PM Oli dan Presiden Ram Chandra Poude.

Rumah-rumah dua mantan perdana menteri, Pushpa Kamal Dahal dan Sher Bahadur Deuba, juga dibakar massa. Rumah mantan menteri dalam negeri, Ramesh Lekhak, yang mengundurkan diri pada hari Senin lalu setelah menerima tanggung jawab moral atas 19 kematian dalam aksi demo, juga dibakar habis. Secara keseluruhan, empat menteri kabinet, termasuk tiga dari partai Kongres Nepal, telah mengundurkan diri di tengah kerusuhan ini.

4. Presiden Nepal Serukan Perdamaian

Presiden Nepal Ramchandra Paudel menyerukan persatuan nasional usai gejolak demo hingga merenggut nyawa 19 orang. Demo itu juga membuat PM Nepal K.P. Sharma Oli mengundurkan diri.

"Saya mendesak semua orang, termasuk warga yang berunjuk rasa, untuk bekerja sama demi penyelesaian damai atas situasi sulit negara ini," kata Presiden Ramchandra Paudel dalam sebuah pernyataan usai para pengunjuk rasa membakar parlemen dan kantornya, dilansir AFP, Selasa (9/9).

"Saya mengimbau semua pihak untuk menahan diri, tidak membiarkan kerusakan lebih lanjut pada negara, dan untuk berunding," tambahnya.

Tonton juga video "PM Nepal Mengundurkan Diri Buntut Demo Ricuh Tewaskan 19 Orang" di sini:

Halaman 2 dari 4
(fas/fas)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads