Jakarta - Batuk memang sudah menjadi hal jamak dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jangan anggap remeh batuk. Siapa tahu itu menandakan penyakit yang berbahaya."Batuk bukan penyakit, melainkan gejala. Itu merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari benda asing atau iritasi yang terjadi," ujar spesialis paru dr Dianiati Kusumo Sutoyo, SpP(K) dalam media edukasi "Jangan Anggap Remeh Batuk dan Flu dalam Keluarga" di Hotel Intercontinental, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (26/7/2007).Penyebab batuk, lanjut Titi panggilan Dianiati, bisa bermacam-macam. Penyebabnya bisa gangguan yang berhubungan dengan sistem pernapasan maupun di luar sistem pernapasan.Gangguan yang berhubungan dengan sistem pernapasan seperti infeksi akut atau kronik karena virus atau bakteri, alergi, penyempitan saluran nafas, iritasi, penyakit akibat polusi, kanker atau keganasan, serta kemasukan benda asing.Sedangkan gangguan di luar sistem pernapasan seperti karena pengaruh obat, asam lambung yang balik (refluks gastroesofagus), serta faktor psikologis."Psikologis biasanya terjadi pada anak-anak. Anak-anak gelisah, tidak nyaman, karena orang tua banyak menuntut," katanya.Batuk pun bisa dikategorikan produktif atau tidak. Produktif karena menghasilkan dahak, dan yang batuk nonproduktif tidak menghasilkan dahak atau batuk kering. "Batuk yang produktif karena sistem pernapasan perlu untuk mengeluarkan lendir yang banyak dan berlebihan," lanjutnya.Namun, bukan berarti batuk yang tidak keluar dahak tidak selalu batuk kering. "Itu bisa ada dahak yang sulit keluar karena anatara lain saluran napas sembab, peradangan pembuluh darah, hingga lendir terlalu kental," tuturnya.Lama batuk, jika kurang dari 3 minggu maka disebut batuk akut, jika lebih maka disebut batuk kronik. Batuk jenis terakhir jangan diremehkan. Apalagi bila lebih dari 8 minggu. "Dapat menimbulkan masalah dari yang ringan sampai berat," tuturnya.Masalah itu mulai dari otot-otot perut sakit atau kencang, dada sakit, buang air kecil dan buang air besar tidak terkontrol karena batuk, nyeri otot, selaput paru robek hingga patah iga."Selaput paru yang robek hingga iga patah itu karena tekanan otot tinggi. Bisa karena berusaha mengeluarkan dahak," imbuhnya.Apalagi bila batuk itu disertai gejala lain seperti batuk dengan darah, batuk dengan dahak 3 lapis (putih kuning hijau), dan sebagainya. "Namun batuk kronik tidak selalu menandakan penyakit serius atau berat. Perlu ditelusuri dengan cermat penyebabnya, kalau perlu konsultasi ke dokter," ujarnya.Sehingga, lanjutnya, penanganan batuk berorientasi pada penyebabnya. "Bukan otomatis dengan obat penekan batuk," pungkasnya.
(nwk/ary)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini