Saat Demo tapi Piknik 17+8 di Depan DPR

Saat Demo tapi Piknik 17+8 di Depan DPR

Taufiq Syarifudin - detikNews
Sabtu, 06 Sep 2025 11:21 WIB
Aksi 17+8 di DPR, dari Bagi-bagi Minuman hingga Bunga Mawar ---- Peserta aksi membawa poster, bermain balon air, bermain kartu uno, membagikan minuman hingga bunga mawar saat mengikuti Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Aksi damai yang diikuti mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat tersebut dilakukan untuk menagih 17+8 poin tuntutan rakyat kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta -

Kali ini massa aksi punya cara lain saat meneriakkan tuntutannya pada demonstrasi di depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta. Berbalut kostum warna-warni, massa membalut gerakan aksi bak sedang piknik.

'Demo tapi piknik' ini digelar di depan gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Demonstrasi ini tampak kontras seperti yang terjadi belakangan.

Aksi 17+8 di DPR, dari Bagi-bagi Minuman hingga Bunga Mawar ---- Peserta aksi membawa poster, bermain balon air, bermain kartu uno, membagikan minuman hingga bunga mawar saat mengikuti Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Aksi damai yang diikuti mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat tersebut dilakukan untuk menagih 17+8 poin tuntutan rakyat kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). (Ari Saputra/detikcom)

Tanpa asap, massa yang berlarian, dan rantis yang turun ke jalan. Massa datang dengan nuansa santai dengan setelan penuh warna. Ada yang mengenakan baju berkelir pink, hijau, kuning, dan merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seolah sedang berpiknik, massa aksi kompak duduk bersila melingkar seraya berbagi kudapan. Di antara mereka, pun ada yang menggelar perpustakaan jalanan selama aksi berlangsung.

Sejumlah buku dijajar, antara lain buku-buku karya Soe Hok Gie, buku berjudul Laut Bercerita, buku karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Bumi Manusia, dan lainnya. Buku-buku digelar di atas spanduk berwarna merah.

ADVERTISEMENT

Massa aksi menggaungkan tuntutan rakyat 17+8, yang belakangan diviralkan di media sosial.

Ketua BEM KM Unpad Vincent Thomas mengatakan tema aksi kali ini diangkat sebagai ide kreatif dari mahasiswa. Kreativitas ini tertuang dari nuansa 17 tuntutan untuk DPR.

"Iya, ini jadi poin menarik, karena memang kalau teman-teman semua atau kawan-kawan semua paham, sekarang kita ngelihat bahwa pendekatan 17+8 itu sangat-sangat kreatif. Kami memahami bahwa ternyata 17+8 itu menggunakan warna-warna yang colorful, pendekatan yang fun, dan itu jauh lebih bisa beresonansi dengan baik kepada seluruh masyarakat sipil, terutama yang awam," kata Vincent.

Selanjutnya mahasiswa lain bernama Ammara Zodiena mengungkapkan syukur bisa menjadi bagian dari aksi hari ini di Jakarta. Baginya, karena Jakarta jadi pusat pemerintahan, seharusnya seluruh aspirasi masyarakat bisa didengar dengan cepat.

"Akhirnya kita turun ke Jakarta hari ini untuk mengaspirasikan ke pusatnya. Karena di sini pusatnya," kata Ammara.

Aksi 17+8 di DPR, dari Bagi-bagi Minuman hingga Bunga Mawar ---- Peserta aksi membawa poster, bermain balon air, bermain kartu uno, membagikan minuman hingga bunga mawar saat mengikuti Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Aksi damai yang diikuti mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat tersebut dilakukan untuk menagih 17+8 poin tuntutan rakyat kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Aksi Piknik Nasional Rakyat di depan gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (5/9/2025). (Ari Saputra/detikcom)

Ammara awalnya punya ketakutan saat hendak turun aksi ke Jakarta. Ingatan soal demo ricuh di Jakarta pekan lalu masih menghantui.

"Kalau untuk ketakutan, itu pasti ada sih, apalagi mengingat situasi akhir-akhir ini. Namun yang pengin aku highlight sih, ketakutan itu boleh dan sangat wajar, tapi diam itu nggak boleh," ungkapnya.

Selanjutnya mahasiswa lain, Cindy Veronica, menyebut demo bertema piknik ini ada media kreatif untuk menyuarakan aspirasi. Baginya, demo bukan hanya soal berteriak kencang di atas podium.

"Menurutku, aksi-aksi piknik kayak gini itu cukup kreatif ya. Dan ternyata senang banyak sekali teman-teman perempuan yang mungkin sejauh aku ikut aksi itu nggak jadi kelompok yang dominan gitu ya. Banyak teman-teman yang bukan laki-laki yang bisa mengekspresikan dirinya dengan lebih leluasa dan mungkin ini bisa jadi ruang aman juga untuk bahwa aktivisme itu nggak harus teriak-teriak dengan suara lantang gitu dan aktivisme itu nggak harus kita marah-marah dengan yang besar gitu," kata Cindy.

Di samping itu, Cindy mengungkap opsi demo bertema piknik ini berharap jadi antitesis dari demo yang sebelumnya kerap ada represivitas dari aparat keamanan. Mau bagaimanapun, baginya bentuk kekerasan sangat menakutkan.

"Makanya akhirnya pendekatan piknik ini jadi satu opsi yang paling wise untuk kita ambil, mengingat represivitas, kriminalisasi, dan juga bentuk teror yang diberikan oleh aparat itu beberapa waktu ke belakang sangat-sangat mengerikan, sangat-sangat mengancam. Makanya demi keselamatan, kami memulainya dari pendekatan yang paling sederhana dan paling kreatif, seperti itu barangkali," sambung dia.

Simak juga Video 'Polri Jawab 17+8 Tuntutan Rakyat: Kami Tak Antikritik':

Halaman 2 dari 2
(fca/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads