Aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di Surabaya masih meninggalkan luka, dengan fasilitas umum dirusak, dibakar, hingga dijarah. Di bawah terik matahari, sebanyak 9.319 warga mengikrarkan 'Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia' sebagai simbol dan tekad kolektif warga Kota Pahlawan untuk menjaga kampung halaman mereka.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), hadir dan menyaksikan langsung pembacaan ikrar. Dengan suara lantang, ia menyampaikan terima kasih kepada warga yang dengan caranya masing-masing ikut menjaga Surabaya dari tindakan anarkistis.
"Saya matur nuwun (terima kasih), hari ini elemen Surabaya mengadakan ikrar Jogo Suroboyo. Saya yakin hari ini kita bisa menjaga Kota Surabaya dengan kekuatan agama, Pancasila dan kebersamaan," ujar Eri dalam keterangannya, (5/9/2025).
Ikrar bersama itu lahir sebagai respons spontan dari berbagai elemen masyarakat. Tak ketinggalan, Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) hingga perwakilan dari organisasi pencak silat di Surabaya hadir. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa warga Surabaya meneguhkan semangat kebersamaan di tengah ancaman perpecahan.
Selain itu, Eri juga menyerukan agar warga Surabaya bangkit. Warga harus kembali berdagang, membuka usaha, dan berkegiatan seperti sedia kala. Ia meyakini seluruh elemen akan turut serta menjaga Kota Pahlawan.
"Ayo kita berikan ketenangan di warga Kota Surabaya. Yang berdagang, silakan berdagang kembali, yang ingin berusaha, berusahalah kembali. Saya yakin njenengan (anda) semuanya adalah pahlawan Kota Surabaya yang akan menjaga kota ini," ajaknya.
Ia juga mengapresiasi aksi spontan warga yang menjaga kampungnya saat aksi kerusuhan. Warga Wonokromo dan Bubutan, misalnya, berinisiatif berjaga demi mencegah aksi massa melakukan tindakan kerusuhan.
"Saya matur nuwun untuk warga Wonokromo dan Bubutan yang kemarin ketika terjadi tindakan anarkistis, mereka mempertahankan wilayahnya dengan perjuangan yang luar biasa," tuturnya.
Deklarasi Jogo Suroboyo ini bukan hanya seremonial, Eri menekankan bahwa pesan itu harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya melalui Kampung Pancasila. Konsep ini mendorong setiap kampung menjaga lingkungannya seperti benteng kecil yang menopang keamanan kota.
"Siapapun boleh menyampaikan aspirasinya, tapi tidak dengan merusak. Kalau kita orang Surabaya, maka kita akan menjaga kota ini, mencintai kota ini, seperti para pahlawan yang mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan," katanya.
Ia juga menyinggung sejarah panjang Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Sejarah mencatat, kota ini pernah bangkit dari reruntuhan perang 1945, saat arek-arek Suroboyo melawan pasukan Inggris. Darah perjuangan itu kini digugah kembali dalam konteks berbeda, yakni menjaga kota dari ancaman kerusuhan dan perpecahan.
"Darahnya anak-anak Surabaya ini adalah darah pejuang. Maka tidak boleh ada ketakutan, ketika Surabaya ini diancam. Maka (Jogo Suroboyo) ini dideklarasikan oleh semua elemen yang ada di Surabaya," jelasnya.
Di hadapan ribuan peserta, Eri juga menitipkan pesan moral. Ia meminta warga menjadikan peristiwa rusuh sebagai pengingat dari Tuhan, agar Surabaya tidak terjebak egoisme dan kesombongan.
"Mungkin kita terlalu banyak ego, merasa paling hebat. Tapi hari ini kita diingatkan, Surabaya dibangun dengan kebersamaan," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa aksi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan, hanya akan menguntungkan pihak yang ingin merusak sendi kehidupan kota. Ekonomi sempat terhenti, warung dan warkop tutup, banyak usaha lumpuh.
"Kejadian kemarin sempat menghentikan ekonomi. Berarti kalau ada orang yang seperti ini, maka dia bukan orang baik, mereka tidak memikirkan nasib orang lain. Maka hari ini waktunya kita bangkit, kita jaga Kota Surabaya," tegasnya.
Kini, lewat gerakan yang diinisiasi oleh Surabaya Youth Leader Forum, Forum Jogo Suroboyo (FJS), dan sejumlah organisasi masyarakat, Kota Pahlawan kembali bangkit. Warga diminta kembali ke rutinitas, membuka warkop, berdagang maupun cangkrukan. Hanya saja, kali ini dengan kesadaran baru menjaga kota bersama-sama.
"Saya yakin, arek-arek Surabaya, anak-anak muda Surabaya, elemen-elemen yang ada di Surabaya, pasti akan menjaga Kota Surabaya," ujarnya.
Setidaknya terdapat lima poin yang dibacakan dalam ikrar bersama di Tugu Pahlawan. Pertama, menjaga Surabaya tetap aman dan rukun. Kedua, menguatkan identitas kota sebagai jati diri warganya. Ketiga, menyampaikan aspirasi dengan kritis tapi tanpa terprovokasi. Keempat, menolak kekerasan dan anarkisme. Dan kelima, bersatu dalam harmoni tanpa amarah.
Tak hanya soal semangat, ikrar bersama Jogo Suroboyo juga melahirkan langkah konkret. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama warga sepakat menghidupkan kembali PAM Swakarsa melalui Kampung Pancasila.
"Kemarin sudah berjalan PAM Swakarsa, dengan Kampung Pancasila. Tuhan mengingatkan kita untuk mengembalikan lagi semangat itu. Maka siapapun yang merusak Surabaya, menyakiti Surabaya, saya yakin seluruh warga mulai hari ini akan bergerak," imbuhnya.
Salah satu inisiator sekaligus penyelenggara acara, Febryan Kiswanto, menjelaskan bahwa kegiatan doa dan ikrar bersama Jogo Suroboyo tersebut lahir sebagai bentuk dukungan nyata dari seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda.
"Ikrar hari ini adalah bentuk dukungan dari seluruh elemen masyarakat dan warga Kota Surabaya. Khususnya teman-teman muda ingin menyampaikan pesan kepada semua bahwa Surabaya hari ini sudah baik-baik saja dan akan terus berbenah untuk menjadi lebih baik," kata Febry.
Febry juga menegaskan bahwa kerusuhan yang sempat terjadi beberapa waktu lalu, menjadi momentum untuk memperkuat gotong royong warga dalam menjaga Surabaya.
"Maka hari ini kita ingin merapatkan barisan, memperbaiki apa yang kemudian kurang. Dan kami teman-teman muda berkomitmen untuk bersama-sama menjaga Kota Surabaya, maka tagline-nya adalah Jogo Suroboyo," ungkapnya.
Febry pun menyampaikan harapan agar situasi Surabaya ke depan terus berjalan kondusif, sekaligus membuka ruang bagi anak-anak muda untuk kembali berkarya.
"Yang usaha tetap bisa jalan usahanya. Kemudian aktivitas belajar juga akan tetap belajar secara nyaman kembali," harap Febry.
Sebagai Ketua Karang Taruna Surabaya, Febry juga menekankan bahwa organisasi pemuda di Kota Pahlawan menjadi bagian penting dari gerakan Jogo Suroboyo.
"Surabaya Youth Leader Forum itu terdiri dari beberapa elemen-elemen pemuda. Nah, teman-teman elemen pemuda inilah yang menjadi inisiator, termasuk penyelenggara," pungkas Febry
Sebagai informasi, gerakan ini dihadiri oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Muhammadiyah, Walubi, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Karang Taruna, Pemuda Pusura, Pemuda Pancasila, Maluku Satu Rasa (M1R), Madura Asli (Madas), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas, Pramuka, komunitas ojek daring, hingga para Ketua Satgas Kampung Pancasila RW.
(akn/ega)