Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon menghadiri APEC High-Level Dialogue on Cultural and Creative Industries (HLD-CCI) di Gyeongju, Korea Selatan. Forum tingkat menteri ini merupakan dialog kebudayaan pertama dalam kerangka APEC, diikuti para Menteri Kebudayaan dan delegasi dari 20 negara anggota APEC.
Dalam pidatonya, Fadli Zon menegaskan industri budaya dan kreatif (Cultural and Creative Industries/CCI) harus diposisikan sebagai katalis baru kerja sama ekonomi di Asia-Pasifik. Ia menyebutkan secara global, CCI telah membentuk ekosistem senilai US$ 4,3 triliun atau 6% perekonomian dunia, dengan kontribusi 30 juta lapangan kerja, sebagian besar berasal dari UMKM dan tenaga muda.
"Di Indonesia, ekonomi budaya bertumpu pada mega-diversity kita: 17.000 pulau, 1.340 kelompok etnis, dan 718 bahasa. Dari layar bioskop yang mencatat 122 juta penonton pada 2024, hingga ekspor batik yang meningkat 76% di kuartal pertama 2025, bukti nyata ini menunjukkan bahwa budaya adalah sektor riil, pencipta kerja, dan penggerak investasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (28/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Fadli Zon juga menyoroti pentingnya transformasi digital dan AI dalam mendorong CCI. Indonesia kini menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, tumbuh 414% antara 2017-2021 dan diproyeksikan mencapai US$ 130 miliar pada akhir 2025. Ia juga mengingatkan tentang kesenjangan digital, serta risiko AI yang dapat membawa bias algoritmik, eksklusi bahasa, dan penyalahgunaan data budaya.
"Solusinya adalah pengembangan AI generatif yang terlokalisasi, dibangun dengan data dan nilai lokal. Model ini dapat melestarikan bahasa daerah, tradisi lisan, sekaligus menjaga kedaulatan teknologi kita. AI harus menjadi kekuatan yang memberdayakan, bukan yang meminggirkan," tegasnya.
Pada sesi terakhir, di hadapan para Menteri Kebudayaan negara-negara APRC, Fadli menggarisbawahi bahwa budaya adalah kekuatan pemersatu dan penguat harmoni antar bangsa, baik di tingkat regional maupun global. Ia menekankan peran Indonesia dalam diplomasi budaya, termasuk aktif mendorong berbagai nominasi warisan budaya di UNESCO bersama negara-negara sahabat, seperti Kebaya dengan empat negara ASEAN, Jaranan dengan Suriname, serta inisiatif baru tentang Rice Culture bersama ASEAN dan Korea Selatan.
"Budaya adalah jembatan dan penguat di tengah perbedaan, fondasi yang memperkuat jaringan sosial dan membangun perdamaian," ujarnya.
Pada forum ini, Fadli mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah CHANDI 2025 di Bali minggu depan, dengan tema 'Culture for the Future'. Forum global ini akan membahas berbagai topik penting kebudayaan pelestarian warisan budaya dalam menghadapi krisis iklim, digitalisasi dan AI, pemberdayaan generasi muda, industri budaya berkelanjutan, hingga repatriasi dan pencegahan perdagangan gelap benda budaya.
"Saya menantikan kehadiran Anda semua di Bali untuk menegaskan komitmen bersama bahwa budaya harus menjadi jantung pembangunan global pasca-2030, jelas Fadli.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea Selatan, Chae Hwi-young juga menyampaikan bahwa budaya dapat memperkuat nilai ekonomi.
"Agenda kita bersama hari ini adalah untuk memperkuat nilai ekonomi dari industri budaya, sesuatu yang hingga kini belum pernah kita diskusikan formal sebelumnya dalam APEC," ujar Menteri Chae.
Sebagai informasi, sidang ini ditutup dengan diadopsinya pernyataan bersama, menandai dimulainya babak baru APEC dalam mengarusutamakan industri budaya sebagai kekuatan strategis Asia-Pasifik. Para negara anggota juga setuju untuk menetapkan HLD-CCI sebagai forum permanen dalam APEC.
(akd/ega)