Museum hingga Mal, Jakarta Hadirkan Seni di Setiap Sudut Kota

Diffa Rezy - detikNews
Kamis, 28 Agu 2025 11:29 WIB
Pameran NYALA Hadirkan Karya dan Artefak 2 Abad Perang Diponegoro. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Jakarta terus meneguhkan diri sebagai kota seni dengan menghadirkan karya kreatif di berbagai sudut kota. Tidak terbatas pada museum dan galeri, seni di Ibu Kota juga hadir di pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, hingga ruang-ruang publik, menjadikannya bagian dari keseharian masyarakat.

"Pemprov DKI Jakarta menawarkan beragam ruang dan acara seni yang tersebar di penjuru kota sebagai bagian dari komitmen kuat Jakarta dalam mengembangkan ekosistem seni yang inklusif dan berkelanjutan. Seni tak hanya hadir di ruang-ruang galeri 'resmi,' tapi juga meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melalui kehadirannya di pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, dan ruang publik," terang Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta dalam keterangan tertulis, Kamis (28/8/2025).

Ragam Ruang Seni di Ibu Kota

Untuk menelusuri perjalanan seni rupa Indonesia, Galeri Nasional Indonesia di kawasan Gambir menjadi destinasi yang paling lengkap. Kompleks berarsitektur kolonial ini menyimpan karya-karya penting dari maestro tanah air yang merekam perkembangan seni sejak era pra-kemerdekaan hingga masa kontemporer.

Galeri Nasional memiliki dua gedung utama, yakni Gedung A yang difungsikan khusus untuk pameran temporer dan Gedung B yang menampilkan 2.000 karya modern dan kontemporer. Hingga September 2025, Gedung A menghadirkan pameran peringatan 200 tahun Perang Diponegoro, sementara Gedung B memungkinkan pengunjung melihat berbagai karya lintas periode dari para seniman besar Indonesia.

Selain itu, ada pula Toeti Heraty Museum yang sebelumnya dikenal sebagai Galeri Cemara 6. Berlokasi di Menteng, tempat ini tidak hanya memamerkan karya maestro seperti Sudjojono, Affandi, dan Srihadi Soedarsono, tetapi juga menyimpan nilai personal. Koleksinya merefleksikan relasi akrab Toeti Heraty-seorang cendekiawan, penyair, dan aktivis perempuan-dengan para seniman, menjadikannya lebih dari sekadar museum seni biasa.

Di sisi lain, Museum Macan (Modern and Contemporary Art in Nusantara) di Jakarta Barat memperluas cakrawala dengan menampilkan karya lintas negara. Koleksinya yang dirotasi secara berkala, menghadirkan nama-nama besar seperti Raden Saleh, Affandi, hingga Keith Haring dan Nam June Paik. Sejak dibuka pada 2017, Museum Macan juga menjadi tuan rumah pameran berskala internasional dari seniman kondang, seperti Yayoi Kusama dan Xu Bing. Kehadirannya memperkuat reputasi Jakarta sebagai salah satu destinasi seni paling terpandang di Asia, apalagi lokasinya berada di dalam gedung perkantoran yang memicu tren baru ruang bisnis bercampur dengan ruang apresiasi seni.

Selain museum besar, Jakarta juga diperkaya oleh galeri independen yang berdiri dengan fokus beragam. Ada yang berfungsi sebagai ruang pamer sekaligus ruang jual karya, ada pula yang dikombinasikan dengan restoran atau toko seni. Beberapa di antaranya adalah DGallerie di Barito, CAN's Gallery di Tanah Abang, dan Nadi Gallery di Kembangan. Di Pondok Indah, BAIK Gallery menghadirkan karya seniman Indonesia berdampingan dengan perupa Korea Selatan. Sementara di Kemang, terdapat Dia.Lo.Gue, ruang kreatif multifungsi karya pendiri agensi desain LeBoYe, serta Edwin's Gallery yang dikenal sebagai salah satu galeri seni senior di Jakarta.

Generasi baru galeri juga muncul dengan sentuhan segar dan desain unik. ROH di Menteng, misalnya, merenovasi rumah lawas dengan atap terbuka untuk menciptakan atmosfer galeri yang berbeda. Ada pula Semesta's Gallery di Lebak Bulus serta ARA Contemporary di Senayan, yang keduanya memperlihatkan bagaimana galeri muda berinvestasi tidak hanya pada karya, tetapi juga pengalaman ruang yang ditawarkan kepada pengunjung.

Seni di Mal hingga Kantor

Fenomena seni di Jakarta juga meluas ke pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran. Di Darmawangsa Square, misalnya, ada Artsphere Gallery Jakarta yang menghadirkan karya seni dalam suasana lebih intim. Di Kuningan, Ciputra Artpreneur Museum menjadi rumah bagi karya maestro Hendra Gunawan, sementara Gandaria City menampilkan instalasi dari nama besar seperti Yayoi Kusama dengan patung labu polkadotnya, karya KAWS berjudul Good Intentions, hingga mobil VW Beetle berbentuk bola ciptaan Ichwan Noor. Kehadiran karya-karya ini memberi nilai tambah pada wisata belanja dan memperkaya interaksi publik dengan seni.

Beberapa gedung bisnis juga ikut menghadirkan ruang seni, seperti ISA Art Gallery di Wisma 46 atau Latar Art Space di Menara SMBC. Bahkan di Sarinah dan sekitarnya, sejumlah galeri bergabung menjadi Jakarta Art Hub, termasuk Rubanah Underground Hub, Art Agenda, Jagad Gallery, dan V&V Gallery. Fenomena ini menandai tren baru di mana ruang kerja dan seni saling bertemu.

Acara Seni Sepanjang Tahun

Selain ruang, Jakarta juga kaya akan agenda seni. Dua bursa seni besar, Art Jakarta dan ArtMoments, rutin menghadirkan galeri serta kolektor internasional. Art Jakarta bahkan punya versi turunan bernama Art Jakarta Gardens yang menampilkan karya instalasi di ruang terbuka Senayan.

Jakarta Biennale yang digelar dua tahun sekali juga menjadi ruang penting bagi karya eksperimental. Pada 2024 lalu, ajang ini menandai usia 50 tahun dengan memanfaatkan ruang-ruang publik, menghadirkan seni kontemporer lebih dekat dengan warga dan turis.

Panggung seni lain hadir di Salihara Arts Centre dengan agenda pameran hingga festival rutin. Taman Ismail Marzuki (TIM) pun tetap menjadi ikon kesenian Jakarta. Setelah direvitalisasi, TIM kini tampil lebih modern dan menjadi rumah bersama bagi seniman lintas disiplin untuk berkarya.

Jakarta sebagai Destinasi Seni Asia Tenggara

Perpaduan ruang seni, acara rutin, dan keterlibatan pemerintah membuat Jakarta semakin diperhitungkan sebagai destinasi seni di Asia Tenggara. Kota ini tidak hanya membangun infrastruktur seni, tetapi juga menghadirkan atmosfer kreatif yang hidup dalam keseharian warganya.

Bagi wisatawan, menjelajahi seni di Jakarta berarti menemukan pengalaman berbeda di setiap sudut kota-mulai dari galeri bersejarah, pameran kelas dunia, hingga karya yang tiba-tiba muncul di ruang publik. Inilah yang menjadikan Jakarta bukan sekadar ibu kota, melainkan juga panggung seni yang terus bergerak dan hidup bersama masyarakatnya.

Tonton juga Video: Keseruan Habiskan Akhir Pekan di Pameran Seni Pos Bloc Jakarta




(ega/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork