Rabiul Awal merupakan bulan ketiga dalam kalender Hijriah, sistem penanggalan yang dipedomani umat Islam. Bulan ini dikenal dengan beberapa sebutan, seperti bulan Maulid atau disebut juga bulan Mulud dalam penanggalan Jawa.
Namun, tahukah kamu mengapa bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriah disebut sebagai bulan Maulid oleh umat Muslim, atau juga sebagai bulan Mulud dalam istilah kalender Jawa? Untuk memahaminya, mari simak penjelasannya berikut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Disebut Bulan Maulid
Penyebutan bulan Rabiul Awal sebagai bulan Maulid karena di bulan ini umat Islam memperingati Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal. Secara istilah, maulid atau maulud atau mulud berarti hari lahir atau kelahiran.
Mengutip dari situs resmi Kementerian Agama (Kemenag RI), Maulid Nabi SAW diperingati setiap 12 Rabiul Awal yang bertepatan dengan hari Senin pada tahun 571 Masehi, meskipun ada sebagian sumber yang menyebutkan tahun 570 Masehi. Allah memilih hari dan bulan kelahiran Nabi SAW demikian, bukan hari-hari atau bulan lain yang dianggap baik dalam Islam.
Arti Nama Bulan Rabiul Awal
Terkait penamaan Rabiul Awal, menurut penjelasan yang dilansir situs resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), kata Rabi' dalam bahasa Arab digunakan untuk penamaan musim dan bulan. Dalam konteks musim, Rabi' berarti musim semi atau musim gugur.
Sedangkan dalam konteks bulan, Rabi' merujuk pada dua bulan berturut-turut setelah bulan Safar, yaitu Rabiul Awal dan Rabiul Akhir. Dua bulan ini dinamai demikian karena terjadi pada periode antara musim semi hingga musim gugur.
Adapun untuk membedakan Rabi' yang bermakna musim dan Rabi' yang bermakna bulan, orang Arab biasanya mengawali Rabiul Awal dan Rabiul Akhir dengan kata Syahr (bulan), sehingga menjadi Syahru Rabi' Al-Awwal dan Syahru Rabi' Al-Akhir.
Lihat juga Video 'Kemeriahan Tradisi Meron di Pati untuk Peringati Maulid Nabi':