Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor UI Termuda
Jumat, 20 Jul 2007 17:50 WIB

Jakarta - Tak pernah terbayang di benak seorang Gumilar Rusliwa Somantri kecil akan menjadi seorang Rektor Universitas Indonesia di usianya yang masih muda, 44 tahun. Dia mendobrak tradisi Rektor UI yang selalu berasal dari Fakultas Kedokteran.Terpilihnya pria kelahiran Tasikmalaya 11 Maret 1963 sebagai Rektor UI periode 2007-2012 itu memang tidak terlalu mengejutkan banyak pihak yang sejak awal mengikuti tahapan pemilihan calon rektor.Dari 7 kandidat yang mencalonkan diri, Gumilar mendapat bobot nilai paling tinggi oleh Senat Akademik UI. Nyaris sempurna, nilai yang diperolehnya 99, jauh melampaui calon rektor UI lainnya yang disingkirkan di pemilihan 3 besar, yakni Prof Dr Soetanto Soehodho yang hanya memperoleh bobot nilai 47, atau Prof Dr Hasbullah Tabrani yang cuma mendapat bobot nilai 30.Sosok Gumilar memang belum terlalu dikenal publik dibandingkan doktor-doktor atau profesor-profesor UI lainnya yang sering tampil di media massa. Maklum, di usianya yang masih muda, Gumilar lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai dosen di UI dan berkutat dengan penelitian.Apalagi, jabatan Dekan FISIP UI yang diembannya sejak 2002 membuat pria yang akrab disapa Mas Gum oleh mahasiswanya itu tambah sibuk.Masa kecil Gumilar sejak SD hingga SMA dihabiskan di Kota Tasikmalaya. Baru pada tahun 1982 dia hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan studi di Jurusan Sosiologi UI yang masih berkampus di Rawamangun, Jakarta Timur.Bapak 3 anak itu menyebut fase hidupnya saat kuliah sebagai "menenun kehidupan". "Saya memperoleh biaya hidup dari orangtua, meskipun jumlahnya relatif terbatas. Saya bekerja sebagai guru les privat matematika, kimia dan fisika bagi siswa SMA. Meskipun bekerja, saya tetap aktif berorganisasi," tulis Gumilar dalam biografinya yang diterima wartawan usai pemilihan Rektor UI di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (20/7/2007).Bahkan Gumilar mengaku menggunakan waktu di akhir pekan untuk membantu beberapa saudara sepupunya yang menjadi tukang kredit barang rumah tangga di kawasan Condet.Kehidupannya mulai berubah ketika lulus UI pada tahun 1989. Karena prestasinya yang cemerlang selama kuliah, Gumilar mendapat beasiswa peneliti tamu di Universitas Groningen, Belanda, selama 3 bulan pada tahun 1990.Setelah itu dia melanjutkan kuliah ke Universitaet Bielefeld, Jerman atas sponsor dari Profesor Hans Dieter Evers. "Di akhir tahun pertama di universitas, saya diterima sebagai mahasiswa program doktor. Saya menempuh doktor langsung dari jenjang S1," tutur Gumilar.Pada tahun 1995, Gumilar menyelesaikan disertasi dan lulus ujian doktor dengan judisium Magna cum Laude. Dia memperoleh gelar Doktor der Sozialwissenschaften/ Dr rerum Societatis (PhD) "Masa studi saya tempuh kurang dari 4 tahun, dan termasuk sangat cepat," ujarnya.Gumilar mengatakan, setelah terpilih menjadi Rektor UI 2007-2012, dia akan segera melakukan pembenahan di bidang akademik dan nonakademik.Beberapa hal yang menjadi fokus yang akan dibenahi adalah transformasi sistem pengelolaan SDM PNS menjadi BHMN, sistem remunerasi berbasis kinerja (rata-rata gaji Rp 10 juta bagi dosen, Rp 5 juta bagi karyawan), pembenahan infrastruktur serta fasilitas dan meningkatkan kemampuan pendanaan anggaran tahunan mencapai angka 1,5 triliun hingga 2 triliun."Termasuk di dalamnya mengembalikan citra UI sebagai kampus milik rakyat, namun kuat secara finansial serta akademis maju," tandasnya.
(bal/sss)