Walkot Semarang Bakal Libatkan Anak-anak untuk Bangun Kota Ramah Anak

Walkot Semarang Bakal Libatkan Anak-anak untuk Bangun Kota Ramah Anak

Dea Duta Aulia - detikNews
Jumat, 22 Agu 2025 08:03 WIB
Walkot Semarang Bakal Libatkan Anak-anak untuk Bangun Kota Ramah Anak
Foto: Pemkot Semarang
Jakarta -

Wali Kota Semarang Agustina menyerap aspirasi anak-anak terkait pembangunan Kota Semarang ramah anak. Hal itu agar kebutuhan anak-anak Semarang bisa terpenuhi.

Selain itu, dia juga mengajak anak-anak Semarang untuk berani bermimpi sebesar-besarnya. Namun, mimpi itu harus diimbangi dengan semangat belajar, bekerja keras, dan doa agar bisa diwujudkan.

Hal itu diungkapkan olehnya saat Konferensi Anak yang menjadi bagian dari peringatan Hari Anak Nasional 2025 di Balaikota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/8/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini luar biasa! Ini baru pertama kali anak-anak diajak bicara soal bagaimana membangun Kota Semarang yang ramah anak. Betul enggak. Karena kata adalah doa, maka setiap kalimat yang keluar dari mulut kita haruslah baik," kata Agustina dalam keterangannya, Jumat (22/8/2025).

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan itu, sejumlah isu yang disampaikan oleh anak-anak seperti perundungan, pengakuan prestasi non-akademik, serta perlunya ruang dan dukungan bagi anak-anak disabilitas, ditanggapi langsung oleh Agustina.

Agustina mengatakan bakal serius untuk menyediakan beasiswa bagi anak-anak berprestasi dan membangun pusat kegiatan anak di setiap kecamatan.

Dia pun memberikan apresiasi kepada Keysha karena telah menggagas komunitas orang tua dengan anak disabilitas untuk bersama mendampingi dan mengembangkan potensi anak-anak mereka.

Agustina mengungkapkan bahwa saat ini Semarang telah memiliki enam dari target 16 Rumah Inspirasi dan Rumah Bersama Indonesia di tingkat kecamatan yang menjadi ruang khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

"Keysha luar biasa karena tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga teman-temannya. Semangat seperti inilah yang harus kita dukung bersama," ujarnya.

Sementara itu, Veronica Tan menyampaikan bahwa kehadiran negara melalui pemerintah pusat dan daerah adalah bukti nyata perhatian terhadap hak-hak dan aspirasi anak-anak.

Dia menekankan pentingnya penyediaan ruang publik yang layak dan ramah anak. Dia pun mengisahkan pengalamannya saat menjadi Ketua PKK di Jakarta dalam membangun ruang publik terpadu melalui kerja sama dengan akademisi dan perusahaan melalui dana CSR.

"Anak-anak harus punya ruang olahraga, ruang ekspresi seni, amphitheater kecil, tempat bermain hingga ruang keluarga. Itu adalah bentuk lingkungan positif yang mampu mengalihkan anak dari paparan negatif, seperti media sosial yang tidak sehat atau konten digital berbahaya," ungkapnya.

Veronica juga mendorong daerah untuk mengembangkan pusat-pusat kegiatan anak yang inklusif dan menyeluruh. Ia menyebut bahwa kehadiran ruang-ruang tersebut bisa mendorong anak-anak untuk menunjukkan prestasi di lingkungan sendiri.

Selain pembangunan infrastruktur fisik, dia turut menyoroti pentingnya program nasional yang telah diluncurkan oleh Presiden RI seperti, Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah, Cek Kesehatan Gratis bagi anak-anak, termasuk imunisasi HPV untuk anak perempuan, Sekolah Rakyat, yang memberi kesempatan belajar bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu.

"Namun, semua program ini tidak bisa berjalan tanpa kolaborasi dari pemerintah daerah dan masyarakat. Maka, kami butuh kalian, adik-adik, sebagai pelapor dan pelopor di lingkungan masing-masing," tuturnya.

"Sepintar apapun seseorang, tanpa budi pekerti dan empati, semuanya akan sia-sia. Gunakan teknologi, tapi jangan diperbudak oleh teknologi. Kendalikan, bukan dikendalikan," sambungnya.

Veronica juga menyoroti masih adanya guru atau tenaga pendidik yang menyepelekan isu perundungan.

"Kalau guru saja sudah mendegradasi moral, bagaimana anak-anak akan merasa aman di sekolah," katanya.

Dia pun mengajak agar kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi non-akademik dapat diakui secara adil dalam sistem pendidikan.

"Masa kalau pintar nyanyi tidak dinilai, padahal itu juga bentuk prestasi," tuturnya.

Kegiatan Konferensi Anak ini menjadi momentum penting bagi Kota Semarang dan Indonesia dalam menjadikan anak-anak sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek.

"Kalian adalah generasi masa depan, generasi AI, generasi perubahan. Tapi yang membedakan kalian dengan mesin adalah hati dan nurani. Itulah yang harus kalian jaga," tutupnya.




(ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads