Filolog Anggi Endrawan mengatakan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ditemukan di di Kabuyutan Ciburuy, Garut memuat pedoman hidup. Naskah ini melingkupi nilai-nilai kemanusiaan dan sistem pemerintahan pada masa kerajaan-kerajaan Sunda.
"Sang Hyang Siksa Kandang Karesian memiliki arti mendalam, Sang Hyang berarti suci, siksa berarti ajaran, dan kandang karesian berarti aturan dengan batasan-batasannya. Dengan kata lain, naskah ini merupakan pedoman hidup, terutama menyangkut tata kelola kenegaraan pada zamannya," kata Anggi dalam keterangan tertulis, Rabu (20/8/2025).
Diketahui, menurut riwayat dan klaim sepihak, ajaran dalam naskah tersebut memiliki keterkaitan erat dengan Sumedang. Kabupaten Sumedang hingga kini masih menyimpan ratusan naskah kuno.
"Sumedang baru satu kali pencarian saja sudah menemukan lebih dari 100 naskah, totalnya 190. Jadi memang Sumedang itu penghasil karya intelektual sejak zaman kerajaan. Bisa dibilang menghasilkan buku, tapi di masa kerajaan," ujarnya.
Anggi mengatakan untuk membuka kembali isi naskah kuno bukan perkara sederhana. Menurutnya, seorang filolog yang mampu melakukannya karena prosesnya panjang.
"Ada penelusuran naskah, kemudian transliterasi dari aksara Sunda ke aksara Latin. Setelah itu diterjemahkan ke bahasa Sunda atau Indonesia modern, ditransliterasi dan diterjemahkan, barulah masuk pada kajian teks," ucap Anggi.
Anggi melanjutkan kajian teks ini sangat penting karena dari situlah nilai-nilai lokal genius bisa digali kembali untuk diterapkan dalam kehidupan hari ini.
"Prosesi Pak KDM sekarang itu berada di wilayah kajian teks, mencari nilai kebermanfaatan yang termuat dalam naskah kuno itu sendiri," tambahnya.
Anggi menegaskan bahwa alih-alih aturan dalam naskah tidak akan merubah sistem yang ada sekarang, isinya justru memperkuat jati diri masyarakat.
"Menurut saya, naskah ini bisa memperkuat jati diri. Sebab satu pun nilai-nilai kemanusiaan yang termuat di dalamnya tidak ada yang melenceng dari aturan yang berlaku sekarang," pungkasnya.
(akd/akd)