Dalam rangka Hari UMKM Nasional 2025, Unilever Indonesia berkolaborasi dengan Alunjiva Indonesia dan Komnas Disabilitas RI menggelar rangkaian pelatihan kewirausahaan SheAblepreneur bagi 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas. Program ini bertujuan menciptakan ekosistem usaha yang lebih inklusif sekaligus memberdayakan kelompok marjinal agar mampu bersaing dan berkembang.
Pelatihan digelar Senin dan selasa (11 dan 12/8) diikuti 25 peserta dari Jabodetabek, sebelum berlanjut ke Bandung dan Yogyakarta. Pada tahap ini, karyawan Unilever Indonesia turut membekali peserta dengan materi branding, pemasaran, dan strategi pemasaran digital, juga kiat manajemen tim dan teknik rekrutmen.
Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, Kristy Nelwan, mengatakan keterlibatan Unilever Indonesia dalam program 'SheAblepreneur' sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menciptakan dunia usaha yang lebih adil, beragam, dan inklusif.
Ia menerangkan dukungan dan keterlibatan Unilever Indonesia pada program tersebut dilatarbelakangi misi bersama untuk menciptakan dunia usaha yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Kolaborasi antara Alunjiva dan Unilever Indonesia bukan baru-baru ini, tetapi telah berjalan sejak tahun 2021 melalui berbagai program.
"Program 'SheAblepreneur' memberdayakan pelaku UMKM perempuan, individu disabilitas, dan perempuan individu disabilitas, kelompok yang kerap menghadapi hambatan ganda atau lebih dalam mengembangkan usaha. Hal ini sejalan dengan tiga pilar ED&I kami, yaitu keadilan gender, keadilan untuk individu disabilitas, serta penghapusan diskriminasi dan stigma," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (12/8/2025).
Sementara itu, Founder Alunjiva Indonesia, Nicky Clara menerangkan Program 'SheAblepreneur' berupaya untuk menjadi bagian dari solusi dengan memberikan ruang kepada perempuan dan individu dengan disabilitas 'diizinkan' untuk bermimpi agar bisa bergerak lebih jauh dan membuat perubahan nyata.
"Berkolaborasi dengan Komnas Disabilitas RI dan Unilever Indonesia, program ini adalah inisiatif yang dirancang untuk mendukung pelaku usaha perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, agar dapat mengembangkan bisnis yang lebih berdaya saing, berkelanjutan, dan berdampak sosial," ujar Nicky.
Program 'SheAblepreneur' telah menerima 182 pendaftar yang berdomisili di tiga kota pelaksanaan, yaitu Tangerang, Bandung dan Yogyakarta. Setelah melalui tahap penyaringan dan wawancara, terpilih 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas yang memenuhi syarat dan siap mendapatkan pendampingan intensif.
Bulan Juli lalu mereka telah mengikuti pelatihan online dengan empat modul utama, yakni (1) Dasar pengembangan bisnis dan BMC (Bussiness Model Canvas), (2) Pemanfaatan digital dan media sosial dalam pengembangan bisnis, (3) Literasi keuangan, dan (4) Pengenalan AI.
"Melalui pelatihan online, teridentifikasi sejumlah tantangan utama yang umumnya dihadapi oleh mayoritas pelaku usaha, yaitu permasalahan dalam manajemen tim, mulai dari pembagian peran dan tanggung jawab, komunikasi internal yang belum optimal, belum maksimalnya keterlibatan anggota tim, hingga permasalahan dalam strategi pemasaran khususnya terkait cara memperkenalkan produk ke target pasar yang lebih luas, meningkatkan brand awareness, serta pemanfaatan kanal digital dan offline secara efektif," jelasnya.
Dalam rangka membantu peserta menghadapi tantangan, digelar pelatihan tahap lanjutan secara offline dengan metode design thinking. Melalui pelatihan ini, diharapkan peserta mampu memahami penerapan strategi manajemen tim yang lebih terstruktur, mencakup pembagian peran, komunikasi, dan motivasi anggota; menyusun dan menjalankan strategi pemasaran yang lebih relevan, kreatif, dan sesuai karakteristik usaha mereka; hingga mengembangkan action plan jangka pendek dan jangka panjang dalam aspek team building dan pemasaran.
Momen ini menjadi ajakan untuk melihat lebih dalam bagaimana membangun ekosistem UMKM yang benar-benar inklusif di mana setiap pelaku usaha, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
"Kami percaya bahwa dengan membuka akses dan memperkuat kapasitas maupun kapabilitas kelompok marjinal, kita bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya lebih besar, tetapi juga lebih adil, merata dan berkelanjutan," harap Nicky.
Tonton juga Video: 3 Coffee Shop di Jakarta yang Pekerjakan Penyandang Disabilitas
(prf/ega)