Bank Sampah Jadi Solusi Sulap Limbah di Jakarta Jadi Rupiah

Bank Sampah Jadi Solusi Sulap Limbah di Jakarta Jadi Rupiah

Inkana Putri - detikNews
Kamis, 07 Agu 2025 10:42 WIB
Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno, telah mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru serta reaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif.
Foto: Pemprov DKI
Jakarta -

Masalah sampah masih menjadi tantangan besar bagi Jakarta. Tak hanya mencemari lingkungan, sampah juga mengancam kesehatan warga hingga menjadi salah satu penyebab banjir masih sering terjadi.

Setiap harinya, Jakarta memproduksi lebih dari 7.000 ton sampah. Guna mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan berbagai cara, salah satunya dengan mengoptimalkan peran bank sampah.

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno, telah mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru serta reaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif. Dengan penguatan peran bank sampah, Rano mendorong masyarakat lebih peduli dalam memilah dan mengolah sampah sebelum sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah kepentingan kita bersama. Masalah sampah di Ibu Kota atau kota-kota besar menjadi tanggung jawab bersama. Kita mulai memberikan sosialisasi, kita harus memilah sampah dari rumah, sehingga kita bisa mengurangi sampah di TPA," ungkap Rano.

ADVERTISEMENT

Bank Sampah Bernilai Ekonomis

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno, telah mencanangkan pembentukan 870 bank sampah baru serta reaktivasi 852 bank sampah yang tidak aktif. Foto: Pemprov DKI

Kehadiran bank sampah tak hanya membantu menekan jumlah sampah domestik atau rumah tangga, tetapi juga membawa berkah bagi warga. Sebab, sampah yang dipilah bisa dijual ke bank sampah, sehingga warga bisa menambah pundi-pundi rupiah.

Biasanya, sampah dihargai sesuai jenisnya. Di Bank Sampah Sehati (BSS) RW 08, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, misalnya, untuk kategori sampah beling dihargai Rp300 per kilogram, sedangkan kardus minimal Rp1.700 per kilogram.

Kemudian, untuk sampah plastik senilai Rp800-4.000 per kilogram. Sementara, besi dan tembaga mencapai Rp60.000 per kilogram. Adapun setiap bulannya, BSS RW 08 mampu mengumpulkan sampah daur ulang sebanyak 2,5 ton.

"Penimbangan dilakukan satu minggu dua kali, setiap Selasa dan Kamis, dengan cara jemput bola ke masing-masing lokasi. Hasil penjualan sampah yang bisa didaur ulang ini juga dapat meningkatkan perekonomian warga," ujar Pendamping Bidang Pengelolaan Sampah (BPS) RW Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Selatan, Novalia Magdalena.

Sementara itu, Ketua BSS RW 08, Kelurahan Lenteng Agung, Acing Mamim, menjelaskan, Bank Sampah Sehati sudah memiliki lebih dari 300 nasabah dari 14 RT.

Selain dipilah, sebagian sampah yang terkumpul juga digunakan untuk meningkatkan kreativitas melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K).

"Alhamdulillah, dengan kegiatan bank sampah yang rutin ini, lingkungan RW 08 semakin bersih dan warganya mempunyai penghasilan tambahan," paparnya.

Kehadiran bank sampah juga dirasakan manfaatnya oleh warga RW 05 Sunter Agung, Jakarta Utara. Selain berhasil mengelola sampah rumah tangga, Bank Sampah Sunter Muara (BSSM) juga menyulap limbah menjadi alat tukar.

Warga bisa menukarkan sampah dengan layanan kesehatan gratis (pemeriksaan dan pengobatan), token listrik untuk rumah tangga rentan energi, sembako, hingga tabungan berbasis sampah layaknya rekening.

"Alhamdulillah, dari program ini saya sudah bisa menabung emas hingga 12 gram," ujar salah satu warga RW 05, Tri Lestari.

DPRD Dukung Optimalisasi Bank Sampah

Optimalisasi bank sampah mendapat dukungan dari Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike. Menurutnya, dengan mengoptimalkan peran bank sampah di setiap RW, dapat mengurangi beban Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.

Selain itu, bank sampah juga memberikan manfaat stimulus ekonomi bagi masyarakat, serta meningkatkan kesadaran warga tentang bahaya sampah terhadap lingkungan.

"Bank sampah nanti menjadi penggerak untuk bisa mengedukasi, membuat masyarakat tertarik terlibat, dan aktif mengelola sampah dari sumber," ujarnya.

Senada, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Francine Widjojo, mengajak masyarakat untuk lebih aktif memilah sampah guna mendukung pengelolaan sampah yang lebih optimal di Ibu Kota. Ia juga menekankan pentingnya kebiasaan memilah sampah dari rumah tangga untuk mempermudah proses pengolahan di tingkat selanjutnya.

"Permasalahan sampah harus dimulai dari rumah. Kalau kita terbiasa memilah sejak awal, pengolahannya akan jauh lebih mudah. Tumpukan sampah di TPST Bantargebang saat ini sudah seperti bangunan 18 lantai dengan luas sebesar lapangan sepak bola GBK. Ini menjadi perhatian kita bersama," pungkasnya.

(mpr/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads