Ibas Gaungkan Bonus Demografi RI di Forum Akademik Meksiko

Ibas Gaungkan Bonus Demografi RI di Forum Akademik Meksiko

Hana Nushratu Uzma - detikNews
Minggu, 03 Agu 2025 13:14 WIB
MPR
Foto: Dok. MPR
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan pentingnya diplomasi akademik sebagai jembatan peradaban antara Asia Tenggara dan Amerika Latin. Ia juga serta mendorong kemitraan strategis Indonesia-Meksiko di bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya.

Ibas memperkenalkan Indonesia sebagai negara demokrasi kepulauan terbesar yang tengah memanfaatkan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada pembangunan manusia, energi terbarukan, dan ketahanan pangan.

"Kunjungan ini menjadi jembatan peradaban yang menghubungkan Asia Tenggara dan Amerika Latin. Kami ingin mendorong diplomasi akademik serta mengeksplorasi peluang kerja sama dalam kepemimpinan, produksi pengetahuan, dan kolaborasi kelembagaan," ungkap Ibas, dalam keterangannya, Minggu (3/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut disampaikan Ibas yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI dalam acara Academic Discussion (Diskusi Akademik) yang digelar di El Colegio de México, dikenal sebagai salah satu institusi akademik paling bergengsi di Amerika Latin (29/7).

Ibas menyampaikan tujuan dari pertemuan ini. Adapun tujuannya yaitu membangun hubungan intelektual dan budaya yang berkelanjutan antara Indonesia dan Meksiko, antara El Colegio de México dan berbagai lembaga kajian, universitas, serta institusi negara di kedua negara.

ADVERTISEMENT

Ibas kemudian menyampaikan apresiasi terhadap semangat belajar mahasiswa dari berbagai negara. Dirinya melihat para mahasiswa yang datang ke El Colegio de México memiliki alasan kuat untuk belajar di sana.

"Saat ini baru ada satu mahasiswa asal Indonesia yang belajar di sini. Harapan kami, di masa mendatang akan lebih banyak mahasiswa yang datang untuk mempelajari Meksiko, Indonesia, Asia Tenggara, dan dunia," ujar doktor dari IPB University tersebut.

Dalam pemaparannya, Ibas memperkenalkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau dan populasi lebih dari 255 juta jiwa yang terus bertumbuh, khususnya generasi muda. Ia menegaskan demokrasi di Indonesia merupakan proses yang terus berkembang.

"Kami adalah negara demokrasi terbesar keempat di dunia dengan pemilihan presiden secara langsung, ratusan bahasa daerah, lebih dari 300 kelompok etnis, tetapi tetap satu bangsa, satu identitas. Semboyan nasional kami, 'Bhinneka Tunggal Ika,' mencerminkan persatuan dalam keberagaman," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat itu.

"Sistem politik dan demokrasi kami kini menempatkan Indonesia sebagai salah satu demokrasi terbesar di dunia. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, demokrasi bagi kami bukanlah sekadar peristiwa, melainkan sebuah proses dan janji bagi rakyat," tegasnya.

Dalam konteks ekonomi, Ibas menyampaikan ekonomi Indonesia berlandaskan pada keadilan sosial. Menurut Ibas, kebijakan ekonomi Indonesia sekaligus terbuka bagi investasi global.

"Kami menjaga keseimbangan antara dinamika pasar dan kesejahteraan publik, serta membuka diri terhadap berbagai proyek internasional," ujar Ibas.

"Indonesia merupakan salah satu dari 20 ekonomi terbesar dunia, anggota G20, sekaligus kini bergabung dengan BRICS. Kami berada di peringkat ke-16 secara nominal dan peringkat ke-7 berdasarkan paritas daya beli," sambungnya.

Menyikapi berbagai tantangan dunia, Ibas kemudian menekankan posisi strategis Indonesia di tingkat global dan mengajak untuk membangun kemitraan strategis Indonesia-Meksiko berbasis pengetahuan, riset, dan pertukaran ide. Menurut Ibas, dalam hubungan internasional Indonesia aktif di ASEAN, G20, dan berbagai forum global lainnya.

"Prinsip politik luar negeri kami adalah 'million friends, zero enemy' dengan semangat membangun persahabatan dan kerja sama yang luas. Kami berharap di masa depan Indonesia dan Meksiko dapat membangun kemitraan strategis yang komprehensif," tutur Ibas

Ibas juga memaparkan bahwa dengan bonus demografi yang besar, Indonesia tengah menuju era keemasan pada 2045. Ibas menyebut ketika lebih dari 70% penduduk berada pada usia produktif, ini adalah peluang besar bagi Indonesia untuk berinvestasi di bidang pendidikan, keterampilan, dan inovasi.

"Kami memiliki program LPDP dan banyak beasiswa yang membuka kesempatan luas bagi generasi muda untuk menempuh pendidikan terbaik di dalam dan luar negeri. Pertumbuhan populasi yang tinggi berarti kami memerlukan lebih banyak pangan, energi, dan sumber daya lainnya, sehingga kami harus mempersiapkan diri untuk mengelola bonus demografi ini dengan baik," jelas Ibas.

Oleh karena itu, Ibas menekankan perlunya pembangunan ketahan pangan. Ibas mengatakan Indonesia tengah membangun ketahanan dan kemandirian di sektor-sektor utama, seperti peningkatan produksi beras, jagung, dan komoditas lain.

"Dalam transisi energi, kami mendorong produksi biofuel, tenaga surya, tenaga air, baterai kendaraan listrik, dan energi terbarukan lainnya. Dalam tata kelola lingkungan, kami juga berfokus menghadapi dampak perubahan iklim," ujar Ibas.

"Reformasi pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas penting, sejalan dengan industrialisasi inklusif yang tetap menjaga kelestarian lingkungan," sambungnya.

Sebagai negara yang berupaya pada pembangunan berkelanjutan, Ibas menegaskan Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata, dengan prinsip growth with equity. Ibas mengatakan Indonesia percaya pembangunan yang berkelanjutan harus bersifat pro-job, pro-poor, dan pro-environment.

"Artinya, setiap kebijakan yang kami dorong harus menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketimpangan sosial, serta menjaga kelestarian alam. Prinsip ini telah menjadi fondasi sejak era Presiden SBY, dan hingga kini tetap menjadi arah utama pembangunan nasional," ujar Ibas.

Di akhir pemaparannya, Ibas mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya apa strategi yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi dunia yang semakin tidak pasti dan saling terhubung secara bersamaan.

"Kita memerlukan generasi muda yang cerdas dan terdidik, termasuk mahasiswa Indonesia yang belajar di El Colegio de México, untuk kembali dan membangun masa depan bersama," ujar Ibas.

Menanggapi diskusi ini, Center of Asian-African Studies El Colegio de México Prof Chris Lundry menyampaikan beberapa hal. Antara lain peluang kerja sama strategis serta pertukaran budaya antara Indonesia dan Meksiko dalam konteks dinamika geopolitik dan hubungan antar kawasan.

"Sebagai akademisi, tentu saya ingin melihat pertukaran akademik dari dosen peneliti hingga mahasiswa. Tahun ini, kami menyambut mahasiswa Indonesia pertama dalam program internasional kami," ungkap Prof Lundry.

"Ini luar biasa. Saya mengagumi kesamaan antara Meksiko dan Indonesia, masyarakatnya hangat, ramah, terbuka, dan santai," sambungnya.

Lundry mengatkaan persamaan itu bisa menjadi pondasi untuk memperkuat hubungan kedua negara.

Sebagai informasi, acara ini dihadiri oleh beberapa profesor, di antaranya, Director of the Center for Asian and African Studies Prof José Antonio Cervera, Research Coordinator Prof Matías Chiappe, Center of Asian-African Studies El Colegio de México Prof Chris Lundry, dan lain sebagainya. Ibas sendiri hadir bersama sejumlah anggota delegasi parlemen Indonesia yang turut mendukung penguatan kerja sama antar universitas serta pusat penelitian antara Indonesia dan Meksiko, di antaranya Herman Khaeron, Fathi, dan Bramantyo.

Simak juga Video 'Chinampa, Metode Pertanian Zaman Aztek yang Masih Dipakai di Meksiko':

(akn/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads