Gonzalo Pernah Ditipu Calo Akpol: Jangan Ada Lagi yang Percaya dan Jadi Korban

Gonzalo Pernah Ditipu Calo Akpol: Jangan Ada Lagi yang Percaya dan Jadi Korban

Audrey Santoso - detikNews
Jumat, 01 Agu 2025 07:30 WIB
Calon Bhayangkara Taruna Akademi Kepolisian (Cabhatar Akpol) asal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Gonzalo Algazali Bravo,
Calon Bhayangkara Taruna Akademi Kepolisian (Cabhatar Akpol) asal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Gonzalo Algazali Bravo. (Foto: Audrey Santoso/detikcom)
Jakarta -

Calon Bhayangkara Taruna Akademi Kepolisian (Cabhatar Akpol) asal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Gonzalo Algazali Bravo, menceritakan pengalamannya yang pernah menjadi korban penipuan calo modus iming-iming masuk Akpol. Kasus penipuan itu menimpanya tahun lalu.

"Ini percobaan masuk Akademi Kepolisian kali kedua. Kali pertama itu saya gagal di perankingan awal menuju tahap rikkes (pemeriksaan kesehatan) dua, dengan peringkat 33. Dan juga tahun lalu merupakan cobaan untuk saya dan keluarga, karena tahun lalu seperti yang orang-orang tahu, saya jadi korban dari calo penipuan Akpol," kata Gonzalo kepada detikcom, Kamis (31/7/2025).

Diketahui kasus penipuan calo Akpol yang dialami Gonzalo sempat viral di media sosial dan media massa. Calo tersebut adalah warga bernama Andi Fatmasari Rahman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Calo itu tahun lalu menawarkan kepada nenek saya dengan mengaku bisa mengurus saya masuk Akpol. Sebenarnya tahun lalu saya ingin mencoba dengan kemampuan saya, saya tidak tahu calo itu memeras nenek saya. Karena nenek saya sudah berumur, sudah tua, jadi dia ikut-ikut percaya saja kata calo," ucap Gonzalo.

ADVERTISEMENT

Gonzalo pun mengaku kecewa saat mengetahui keluarganya menggunakan jasa calo. Gonzalo merasa dirinya mampu mengandalkan dirinya sendiri, meski gagal lanjut ke tahap seleksi tingkat pusat Akpol tahun lalu.

"Saya kecewa saat saya tahu ada calo, baru tahu pas saya sudah gugur. Jadi sebenarnya saya itu dari awal nggak tahu kasus penipuan calo itu, saya sekadar mengikuti tes, namun setelah hasil tes keluar dan saya dinyatakan gugur. Baru saya diberitahukan orang tua bahwa orang tua saya sudah membayar sebesar sekian ke calo. Di situ saya kaget," cerita dia.

Gonzalo menyebut modus calo itu adalah terus mendekati neneknya dan menakut-nakuti seolah Gonzalo tidak akan menjadi taruna Akpol bila tidak 'diurus'. Padahal, lanjut Gonzalo, diketahui calo tersebut juga tak memiliki relaso dengan Polri.

"Calo tersebut ternyata tidak ada pekerjaan jelas, dan bukan siapa-siapa. Tidak punya relasi juga dengan Polri. Namun dia terus mendekati nenek saya, karena nenek saya sudah berumur, rentan menjadi korban penipuan seperti ini," ungkap Gonzalo.

Mencoba tes Akpol kedua kalinya, Gonzalo menyampaikan dirinya telah memberi penekanan kepada orang tua bahwa dia hanya akan mengandalkan kemampuan sendiri. Gonzalo meminta orang tuanya mendukung dia latihan fisik dan ikut bimbingan belajar khusus masuk sekolah kedinasan.

"Saya sudah bilang saya ingin berusaha untuk mencapai cita-cita dengan kemampuan sendiri. Kasus penipuan cal itu nggak mematahkan semangat saya untuk meraih cita-cita saya menjadi bagian dari Akademi Kepolisian," tutur Gonzalo.

"Saya tetap mempersiapkan diri untuk mendaftar taruna Akpol dengan mempersiapkan kesehatan, belajar-belajar soal akademik dan melatih fisik saya," imbuh dia.

Terakhir, Gonzalo berharap tak ada lagi masyarakat yang percaya penipuan modus calo masuk Polri, dan berharap masyarakat belajar dari kasus yang dialami keluarganya tahun lalu. Gonzalo menyebut keikutsertaannya di seleksi taruna Akpol dan tanpa calo tahun ini, justru membuahkan hasil yang baik.

"Saya berharap tidak ada lagi orang-orang lain yang merasakan apa yang saya rasakan. Dan justru dengan usaha sendiri, saya bisa keterima menjadi anggota Akademi Kepolisian. Karena rekrutmen taruna Akpol di tingkat pusat sangat transparan dan bersih, karena saya merasakan selama di sini, teman-teman saya juga merasa begitu," pungkas dia.

(aud/yld)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads