Kisah si Gam dan GAM

Geliat Parpol Lokal di Aceh (3)

Kisah si Gam dan GAM

- detikNews
Rabu, 11 Jul 2007 12:16 WIB
Banda Aceh - Istilah GAM kembali jadi sorotan setelah sejumlah mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mendeklarasikan Partai GAM. GAM merupakan sebuah kata yang familiar di Aceh. Bukan saja identik dengan Gerakan Aceh Merdeka, tapi, karena gam adalah panggilan kecil untuk anak-anak laki-laki di Aceh. Dulu, ketika Aceh masih didera konflik, tak jarang para pemuda ditangkap aparat keamanan hanya karena dipanggil 'si gam' oleh orang tua atau tetangganya. "Hal itu hampir terjadi di semua daerah. Apalagi, orang kampung itu bahasa Indonesianya masih payah," ujar Radzie, salah seorang pemuda asal Pidie pada detikcom, Rabu (11/07/2007). Diceritakan dia, dari beberapa kejadian, aparat keamanan saat itu acap melakukan sweeping ke desa-desa. Biasanya, mereka akan bertanya pada para orangtua, apa anaknya anggota GAM. Tak jarang, si orangtua memahami bahwa yang ditanyakan aparat keamanan itu, apakah dia memiliki anak laki-laki. Dan tentu saja, dijawabnya ya, "Aneuk lon, gam." Maksudnya, anak saya (ada) laki-laki. Buntutnya tak susah ditebak, anaknya segera dicokok. Karena hal ini pula akhirnya banyak orangtua di kampung-kampung yang menjadi takut memanggil anaknya dengan sebutan 'si gam'. Karena biasanya, panggilan kecil ini terbawa sampai si anak lelaki menjadi dewasa. Bahkan terkadang mendapat tambahan 'panyoet' di belakang nama gam-nya. Julukan 'gam panyoet' ini biasanya ditujukan untuk lelaki yang suka buat keributan atau keonaran di kampung-kampung. Gerakan Aceh Merdeka sendiri sejak dideklarasikan tahun 1976 oleh Hasan Tiro berganti-ganti nama. Pertama didirikan bernama Aceh Sumatera Liberation National Front (ASLNF) kemudian berubah menjadi GAM. Pemerintah sendiri punya beragam julukan untuk GAM. Mulai dari Gerombolan Pengacau Liar Hasan Tiro (GPLHT), kemudian Gerakan Pengacau Keamanan (GPK), dan Kekuatan Sipil Bersenjata (KSB). Setelah itu berubah lagi menjadi Gerakan Separatis Aceh (GSA) dan juga Gerakan Sipil Bersenjata (GSB). Ribut-ribut penggunaan emblem GAM sendiri sebenarnya sudah terjadi ketika Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada di Aceh, Desember lalu. Apalagi waktu itu tak hanya pemerintah yang ikut ribut, Pieter Feith yang mengkomandani Aceh Monitoring Mission (AMM) juga ikut-ikutan ribut. Apalagi Feith juga ikut menyuarakan agar GAM segera dibubarkan. Kala itu, Irwandi mengatakan, emblem yang mereka gunakan cuma simbol organisasi. "Yang bisa membubarkan GAM ya GAM itu sendiri. Dalam MoU juga tidak disebutkan pembubaran GAM. Yang ada pembubaran sayap militer GAM dan itu sudah dilaksanakan dengan telah dibentuknya KPA," kata Irwandi waktu itu.. Bagi mantan kombatan GAM sendiri, tidak ada sebutan mantan anggota GAM. "Bagi kami, yang ada mantan TNA (Teuntara Neugara Aceh), yang kini anggotanya menjadi anggota Komite Peralihan Aceh (KPA)," ungkap seorang mantan kombatan GAM pada detikcom. Dalam proses perdamaian yang tengah berlangsung di Aceh, banyak pihak sebenarnya mengimbau, agar tidak terjebak dalam simbolisasi. Dan jika pemerintah arif, tak seharusnya kebakaran jenggot dengan lambang partai ini, meski bisa saja lambang ini membangkitkan ingatan tentang ide-ide separatis. Tapi, ketika kemiskinan dan tingginya angka pengangguran masih menjadi momog utama yang kini menyelimuti Aceh paska tsunami, agaknya lambang partai bukan sesuatu yang harus diributkan. (ray/asy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads