Kemenbud Pastikan Penulisan Sejarah Kedepakan Indonesia-sentris

Kemenbud Pastikan Penulisan Sejarah Kedepakan Indonesia-sentris

Dea Duta Aulia - detikNews
Sabtu, 26 Jul 2025 09:56 WIB
Jakarta -

Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia memastikan penulisan buku sejarah Indonesia mengedepankan Indonesia-sentris. Hal itu bertujuan untuk mengembangkan penulisan sejarah pada masa mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh Fadli Zon saat menghadiri diskusi publik 'Penulisan Buku Sejarah Indonesia' di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Jumat (26/7).

Melalui diskusi ini, saran dan masukan para peserta telah ditangkap oleh para penulis guna menjadi bahan diskusi penyempurnaan penulisan Buku Sejarah Indonesia selanjutnya. Kementerian Kebudayaan memastikan membuka keterlibatan masyarakat dalam penulisan buku ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para penulis dan editor dalam proyek ini adalah maestro di bidang masing-masing. Kita berharap dari forum ini muncul banyak masukan, dan dari sini kita bisa terus mengembangkan penulisan sejarah Indonesia ke depannya," kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/7/2025).

Agenda diskusi meliputi pemaparan penjelasan umum mengenai proses penulisan Buku Sejarah Indonesia oleh tiga editor umum penulisan: Prof. Dr. Susanto Zuhdi., M.Hum.; Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.; dan Prof. Jajat Burhanudin, M.A..

ADVERTISEMENT

Selain itu, juga dijabarkan isi sepuluh jilid utama oleh para editor jilid, di antaranya Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si.; Dr. Ninie Susanti Tejowasono, M.Hum.; Zacky Khairul Umam, Ph.D; Prof. Dr. Agus Suwignyo, M.A.; Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan, M.Hum.; Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D.; Nur Aini Setiawati, Ph.D.; Dr, Didik Pradjoko, M.Hum.; dan Dr. Amurwani Dwi Lestariningsih, M.Hum.

"Secara keseluruhan, buku ini terdiri atas sepuluh jilid dan setiap jilid dirancang secara tematik dan kronologis untuk menyajikan lintasan panjang sejarah Indonesia sebagai sebuah entitas geografis, sosial, dan kultural yang dinamis," tuturnya.

Gambaran tiap-tiap jilid buku tersebut adalah:

Jilid 1 berjudul 'Akar Peradaban Nusantara', menyajikan fondasi ekologis, antropologis, dan kultural dari sejarah panjang kawasan Nusantara sebelum terjadinya perjumpaan budaya (cultural encounter) dengan pusat peradaban dunia.

Jilid 2 berjudul 'Nusantara dalam Jaringan Global: India, Tiongkok dan Persia', pembahasan jilid ini difokuskan pada penciptaan peradaban yang berlangsung seiring dengan persilangan budaya dengan pusat-pusat peradaban tersebut.

Dalam hal ini, Hindu-Budha menjadi agama dominan, dan sekaligus tampil dengan pranata peradaban semisal aksara, penanggalan, bahkan konsep kekuasaan yang kemudian menjadi landasan bina-negara pada kerajaan-kerajaan berbasis agama tersebut, mulai dari Kutai hingga Majapahit.

Jilid 3 berjudul 'Nusantara Dalam Jaringan Global: Asia Barat' sebagai ekstensi dari proses historis serupa yang dibahas jilid sebelumnya.

Jaringan perdagangan maritim berperan sangat sentral yang membawa kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 menjadi simpul utama dalam arus perpindahan orang dan barang (khususnya rempah-rempah) dari Timur Tengah ke 'negeri di bawah angin' dan sebaliknya dengan melintasi Samudra Hindia.

Jilid 4 berjudul 'Interaksi Awal dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi'. Jilid ini menarasikan awal interaksi Nusantara dengan dunia Barat yang ditandai masuknya Eropa ke dalam jaringan perdagangan di Nusantara, mulai dari Portugis dan Spanyol, disusul Belanda yang sejak 1602 hadir sebagai maskapai dagang VOC, dan bangsa-bangsa Barat lain.

Jilid 5 berjudul 'Masyarakat Indonesia dan Terbentuknya Negara Kolonial' di mana pemerintah Belanda hadir dengan perangkat kekuasaan penuh sebagai negara kolonial berikut imajinasi kesatuan wilayah Hindia Belanda.

Jilid 6 berjudul 'Pergerakan Kebangsaan' mereka yang disebut kaum inteligensia bangkit dengan kesadaran baru kebangsaan di tengah pertumbuhan kota kolonial, kemajuan pendidikan, dan meluasnya media massa. Berbagai organisasi pergerakan, baik berbasis ideologi (Islamisme, komunisme dan nasionalisme), agama dan etnis, maupun pemuda dan perempuan, tumbuh dan berkembang, menyuarakan aspirasi kemerdekaan dan keadilan.

Jilid 7 berjudul 'Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan'. Masa ini adalah fase krusial perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari 1945 hingga akhir 1949 melalui jalur diplomasi, pertempuran bersenjata, dan konsolidasi pemerintahan.

Jilid 8 berjudul 'Konsolidasi Negara Bangsa: Konflik, Integrasi, dan Kepemimpinan Internasional, 1950-1965'. Bagian ini mengkaji konsolidasi negara-bangsa Indonesia pasca-perang kemerdekaan, suatu periode penting yang ditandai oleh pergulatan untuk membangun tata negara merdeka di tengah dinamika internal dan geopolitik global yang berubah.

Jilid 9 berjudul 'Era Orde Baru: Pembangunan dan Stabilitas Nasional, 1967-1998'. Jilid ini membahas era kepemimpinan Presiden Soeharto yang menamainya sebagai pemerintahan Orde Baru, periode konsolidasi kekuasaan negara yang ditandai pembangunan ekonomi, modernisasi kelembagaan, dan stabilitas politik.

Jilid 10 berjudul 'Dari Reformasi ke Konsolidasi Demokrasi, 1998- 2024' membahas masa reformasi Indonesia pasca-1998 menyusul berakhirnya pemerintahan Orde Baru yang ditandai bergulirnya demokratisasi dan desentralisasi kekuasaan. Periode ini memuat dinamika reformasi politik, konsolidasi demokrasi, perubahan konstitusi, pemilu multipartai, serta penguatan peran masyarakat sipil.

Dalam diskusi ini, para peserta diskusi yang berasal dari berbagai latar belakang profesi dan mewakili komunitas sejarah dan budaya berkesempatan memberikan pertanyaan, masukan, hingga saran terkait dengan penulisan sejarah.

Salah satu perwakilan Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, berharap dalam penulisan sejarah ini dapat dilakukan sebuah penelitian terhadap arsip-arsip lama sejarah Indonesia. Dia juga berharap adanya observasi di lapangan terkait situs-situs bersejarah yang mungkin sudah hilang dan tidak terdata secara lengkap.

Di berujar kedua hal tersebut sangat penting dilakukan dalam proses penulisan sejarah ini. Namun disamping hal tersebut, Asep mengapresiasi dan menyambut positif penulisan sejarah Indonesia yang diampu oleh Kementerian Kebudayaan.

"Upaya ini dilakukan semata-mata demi kepentingan serta kemajuan bangsa dan negara," ungkap Asep.

Sementara itu, mahasiswi strata III Ilmu Sejarah UI Eva Riana mengungkapkan harapannya agar dapat dilakukan penulisan yang lebih rinci dan mendalam terkait sejarah bangsa, terkhusus mengenai VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) serta EIC (East India Company) dimana keduanya merupakan dua kongsi dagang besar dari Belanda dan Inggris yang memperebutkan hegemoni perdagangan di wilayah Asia, khususnya Indonesia.

"Berharap bagian sejarah ini mendapatkan porsi yang cukup besar di dalam penulisan sejarah yang sedang berlangsung," tutupnya.

(prf/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads