Kawah 66 Gunung di Indonesia Beracun, 7 Ada di Jabar
Senin, 09 Jul 2007 15:38 WIB
Bandung - Kandungan gas beracun yang keluar dari kawah di tujuh gunung di Jawa Barat, termasuk Gunung Salak, masuk dalam kategori level A atau sangat berbahaya. Untuk itu masyarakat diimbau tidak mendekati bibir kawah, terutama saat malam hari atau cuaca mendung dan hujan.Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG M Hendrasto kepada wartawan di kantornya , Jalan Diponegoro 57, Bandung, Senin (9/7/2007). Ketujuh gunung tersebut adalah G. Salak (Sukabumi), G. Gede (Bogor), G. Tangkuban Parahu (Bandung), G. Papandayan (Garut), G. Galunggung (Tasikmalaya), G. Guntur (Garut), dan G. Ciremai (Kuningan)."Ada 66 gunung api di Indonesia yang kawahnya masuk level A atau sangat berbahaya. Sementara untuk di Jabar sendiri ada tujuh gunung," ujar Hendrasto.Menurutnya semua kawah di gunung api memiliki kandungan gas yang berbahaya, antara lain gas CO, CO2 dan SO2. Namun untuk kawah yang masuk level A, kepekatan gasnya cukup tinggi dan volumenya banyak. "Banyaknya gas yang keluar dari kawah merupakan salah satu indikasi masih aktifnya gunung api tersebut," paparnya.Lebih lanjut dia menjelaskan, kepekatan gas semakin tinggi apabila pada malam hari atau cuaca mendung dan hujan. Sebab, pada saat itu gas terkonsentrasi dekat permukaan tanah. "Saat malam hari atau mendung, biasanya tidak ada hembusan angin. Untuk itu gas menjadi berkumpul di satu tempat, Apabila terhirup oleh manusia bisa menyebabkan kematian," katanya.Kondisi itu, tutur dia, sama persis dengan apa yang terjadi di kawah Ratu, Gunung Salak pada 7 Juli lalu, enam orang siswa SMPN 67 Jakarta meninggal karena keracunan gas. " Yang saya dengar saat itu cuaca mendung disertai rintik hujan. Jadi bisa dipastikan gas sedang terkonsentrasi di suatu tempat dan terhirup oleh pendaki," kata Hendrasto.Menurut dia, tiga kawah di Gunung Salak yaitu kawah Paeh, Hirup, dan Ratu memang berbahaya. Untuk itu,pihaknya sejak lama telah meminta kepada pengelola di daerah agar memasang papan pengumuman. "Saat tim kami pada Mei lalu berkunjung, papan larangan masih ada. Tapi saya juga dengar, saat kejadian kemarin papan masih terpasang," ujarnya.Dia mengaku, selama ini papan larangan kurang efektif untuk menjaga pengunjung agar tidak memasuki kawasan terlarang seperti kawah. Biasanya, banyak pengunjung yang nakal dengan mencabuti papan larangan tersebut. "Kalaupun toh masih ada papan larangan, mereka tidak indahkan. Biasanya sesuatu yang dilarang bikin orang penasaran," imbuhnya. Untuk itu, lanjutnya, pengelola hutan nasional harus mengerahkan penjaga di setiap titik berbahaya. "Apalagi saat liburan seperti sekarang ini, harusnya lebih banyak penjaganya," usul dia.
(ern/nrl)