Tren 'Politik Kakak-Adik' Antarpartai

detik sore

Tren 'Politik Kakak-Adik' Antarpartai

20detik Signature - detikNews
Kamis, 24 Jul 2025 14:46 WIB
detik sore 24 Jul 2025
Foto: Maulana Irsyad/detikcom
Jakarta -

Belum lama ini, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia berceletuk tentang hubungan partainya dengan Gerindra. Menurut Bahlil, hubungan keduanya layaknya kakak-adik. Hal ini ia ungkapkan kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/7/2025) lalu.

Ucapan Bahlil ini berkaitan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait hubungan Gerindra dengan PDIP. Menurut Prabowo, hubungan di antara kedua partai tersebut adalah kakak-adik. Hal tersebut terucap dari mulut Prabowo saat memberikan pidato dalam acara pencanangan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah pada Senin (21/7) lalu.

"Sebenernya PDIP sama Gerindra kakak-adik ini. Tapi bener, kita ini karena apa ya, demokrasi kita kan diajarkan oleh negara barat jadi nggak boleh koalisi satu itu, memang bener, harus ada yang di luar. Ngoreksi kita, gitu, ngoreksi. Tapi, ya... sedulur," kata Prabowo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, posisi PDIP berada di luar lingkaran pemerintahan sehingga hal ini dilihat sebagai hal yang cukup menarik oleh sebagian pihak. Hal tersebut dibaca sebagai usaha Presiden Prabowo untuk merangkul semua pihak dalam rangka memajukan Indonesia.

"Saya percaya bahwa niat kita semua adalah ingin Indonesia lebih baik, ingin Indonesia sejahtera, ingin Indonesia sungguh-sungguh merdeka, ingin Indonesia bangkit berdiri di atas kaki kita sendiri. Itu semboyan proklamator kita, pendiri bangsa kita, Bung Karno, yang saya katakan Bung Karno adalah milik seluruh rakyat Indonesia," kata Prabowo.

ADVERTISEMENT

Setelah bercakap tentang kedekatan Golkar dengan Gerindra, Bahlil kemudian menyatakan pemerintah memang harus menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Soal potensi bergabungnya PDIP ke dalam kabinet, menurut Bahlil, hal tersebut merupakan hak prerogatif kepala negara.

Kepada detikNews, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Arya Fernandes, memiliki pandangan lain terhadap ungkapan Prabowo tersebut. Menurut dia, Arya menjelaskan, pemerintah Prabowo membutuhkan stabilitas dan dukungan politik kuat.

"Pemerintahan Prabowo sedang menggencarkan banyak program besar yang menyedot banyak APBN mulai dari makan bergizi gratis, koperasi Merah Putih, sekolah rakyat, itu membutuhkan stabilitas dan dukungan politik," kata Arya dikutip dari detikNews, Selasa (22/7).

Ia kemudian menyebutkan jika masih ada 'ganjalan' yang muncul di level legislatif. Menurut dia, ada urgensi di balik dukungan politik di strata tersebut, yaitu agar anggaran bisa disetujui DPR. Dia menambahkan, Prabowo belum mendapatkan dukungan penuh dari PDIP.

"Saat ini meskipun sudah mendapatkan dukungan besar dari fraksi lain, PDIP sebenarnya masih belum sepenuhnya dapat 'dikontrol' oleh Prabowo, karena masih ada grup di internal yang menolak bergabung pemerintah, dan sewaktu-waktu PDIP bisa berbalik arah mengkritik pemerintah, sehingga kalau itu terjadi akan berisiko dan mengganggu stabilitas politik dan ekonomi," tutur dia.

Sementara itu, menanggapi ungkapan Prabowo soal kedekatan antara Gerindra dengan Partai Banteng, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah meminta seluruh pihak untuk tidak membaca hak tersebut sebagai bentuk ajakan masuk ke pemerintahan. Ia menekankan jika sikap tersebut sebagai usaha untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Ya itulah problem kita, kita selalu cara pandangnya transaksional. Presiden dengan tulus menyampaikan kakak beradik, kita maknai PDIP akan masuk, kita maknai Presiden akan ngajak, tidak boleh seperti itu," ucap Said.

Lalu bagaimana pendekatan yang menonjolkan sisi personal ini ampuh untuk merangkul pihak di luar pemerintahan dan memperkuat kinerja kabinet? Ikuti diskusinya dalam Editorial Review.

Beralih ke Bali, detikSore akan mendalami kasus pembunuhan yang dialami oleh seorang lansia di kawasan Buleleng. Seperti ditulis oleh detikBali, Ketut Parmi (73), seorang perempuan lanjut usia (lansia) di Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, ditemukan tewas di rumahnya. Diduga kuat, dia menjadi korban perampokan. Dugaan itu dikuatkan dengan hilangnya sejumlah perhiasan dan uang tunai puluhan juta rupiah.

Siapa sosok di balik kematian Ketut Parmi? Ikuti laporan langsung jurnalis detikBali selengkapnya.

Menjelang matahari terbenam nanti, detikSore akan mengulas lebih dalam polemik yang muncul di tengah masyarakat soal masuknya data pribadi dalam perjanjian tarif resiprokal AS. Banyak pihak gelisah terkait hal ini menyusul pernyataan Pemerintah Amerika Serikat belum lama ini.

"Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan penting dengan Indonesia, yang akan memberikan Amerika akses pasar di Indonesia yang sebelumnya dianggap mustahil, dan membuka terobosan besar bagi sektor manufaktur, pertanian, dan digital Amerika," ungkap pihak Gedung Putih di situs resminya pada Selasa (22/7) waktu setempat.

Lalu, bagaimana kabar terbarunya? ikuti diskusinya dalam Sunsetalk bersama Redaktur Pelaksana detikInet selengkapnya.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham menjelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"

(far/vys)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads