Buku BK Nyaris Jadi Serbuk Kertas

Jalan-jalan ke Bengkulu

Buku BK Nyaris Jadi Serbuk Kertas

- detikNews
Senin, 09 Jul 2007 09:33 WIB
Bengkulu - Jika jalan-jalan ke Bengkulu, tidak ada salahnya mampir ke kediaman Bung Karno (BK) saat diasingkan pada masa penjajahan. Dan seperti peninggalan bersejarah Indonesia lainnya, koleksi BK kurang terawat. Buku-buku menjadi salah satu sahabat tokoh proklamator Soekarno selama diasingkan Belanda di Bengkulu, tahun 1938 sampai 1942. Saat ini, koleksi bersejarah itu terancam rusak karena dimakan usia."Beberapa buku sudah sobek halamannya. Ada yang kalau dipegang kertasnya, hancur jadi serbuk," kata pengurus rumah pengasingan Bung Karno, Darwis Andrian (53), saat detikcom bertandang ke rumahnya di kawasan Anggut Atas, Kota Bengkulu, akhir pekan lalu.Untuk merawat 285 buku koleksi Bung Karno, Darwis menggunakan cara sederhana. Sesekali buku-buku itu dikeluarkan dari raknya agar tak lembab. Tak lupa biji cengkeh ditaruh agar rayap urung datang."Sama sekali tidak ada dana dari pemerintah untuk perawatan yang lebih istimewa. Waktu pemilu 2004 lalu, Megawati (putri Soekarno) sempat berkunjung, tapi cuma lihat-lihat saja," keluh ayah dari tiga anak ini.Dari 285 buku koleksi Bung Karno yang terdapat di sana, umumnya berbahasa Belanda, Inggris dan Perancis. Sebagian buku-buku itu dibawa Presiden pertama itu, sebagian lagi berasal dari sejumlah kawan-kawannya, antara lain seorang tokoh Bengkulu, (alm) Abdul Manaf."Dulu, Bung Karno menitip buku pada Pak Manaf. Sebab dia kan diasingkan Belanda, jadi tidak bisa bebas ke mana-mana. Bung Karno itu paling suka membaca buku-buku politik," jelas Darwis.Menurut Darwis, sekitar akhir Juni 2007 beberapa staf Perpustakaan Nasional dari Jakarta datang ke Bengkulu. Lembar demi lembar buku Bung Karno disalin dengan alat scan untuk membuat duplikatnya. "Itu pun baru 54 buku. Sulit betul pekerjaan itu," imbuhnya.DigusurDarwis Andrian telah menjadi pengurus rumah itu sejak diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan pada tahun 1985.Namun, demi pembangunan Persada Bung Karno, rumah tinggal Darwis yang berada di RT 5 RW 2 Anggut Atas (sekitar 100 meter dari kompleks rumah Bung Karno) bakal digusur bersama puluhan rumah lainnya.Kekecewaan tak bisa disembunyikan dari pria berkulit putih itu. Apalagi ganti rugi yang ditawarkan oleh Pemprov Bengkulu dinilai tak layak."Saya pun belum tahu mau pindah ke mana, karena ini tempat saya satu-satunya. Saya ini sudah sakit, dibuat stres untuk ini," kata pria yang kesulitan berjalan karena stroke itu.Persada Bung Karno merupakan proyek perluasan kompleks rumah pengasingan tokoh proklamator itu yang dimulai pada tahun 2006 lalu.Pemprov Bengkulu berencana membangun museum, penginapan, perpustakaan dan gedung pertunjukan. Namun rumah Bung Karno tetap menjadi sentralnya.Rumah pengasingan berukuran 9 x 18 meter itu mulai dihuni Bung Karno pada 14 Februari 1938. Pemilik rumah adalah seorang Cina bernama Tjang Tjeng Kwat.Di rumah itu, Bung Karno berjumpa dengan Fatmawati, putri seorang pedagang Bengkulu. Tokoh flamboyan itu pun jatuh hati dan menikahi Fatmawati pada 1942. (fiq/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads