Kementerian Sosial RI terus mendorong perubahan paradigma dari pemberian bantuan sosial ke pemberdayaan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Melalui pelatihan keterampilan berbasis potensi lokal, sebanyak 100 penerima bansos di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilatih menjadi pengrajin yang mampu menghasilkan produk bernilai jual dari bahan alam seperti pelepah pisang dan daun pandan.
"Saya hadir bersama ibu-ibu Dharma Wanita Kemensos pusat bersilaturahmi, mengunjungi dan melihat lebih dekat ibu-ibu atau bapak-bapak yang ikut pelatihan dari pemberdayaan sosial yang beberapa hari ini dilatih untuk membuat (kerajinan) dari bahan pelepah pisang, juga dari kertas daur ulang yang dibuat tas, tempat tisu, keranjang dan lain sebagainya, semoga tidak ada kesulitan untuk mencoba dan tetap terus semangat," ujar Penasihat I Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemensos Fatma Saifullah Yusuf, dalam keterangan tertulis, Selasa (22/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fatma menjelaskan program pemberdayaan ini memanfaatkan potensi lokal yang belum tergali secara optimal. Dengan serangkaian pelatihan yang dilaksanakan, diharapkan potensinya bisa berkembang dan lebih berdaya.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama empat hari di Kantor Kelurahan Kembang, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis (17/7). Pelatihan ini merupakan bagian dari program Kolaborasi Pemberdayaan bagi Kelompok Rentan.
Program ini melibatkan dua mitra lokal, yaitu Yayasan Kumala dan Murakabi Craft, yang tidak hanya memberikan pelatihan tetapi juga turut memasarkan produk hasil karya peserta. Fatma pun mengucapkan terima kasih, karena selama ini sudah berkolaborasi dengan Kemensos melalui cara melatih, menyiapkan bahannya.
"Sehingga para peserta pelatihan ini nanti tinggal mengerjakan sesuai dengan kualitas yang sudah ditentukan, bahkan hasil karyanya langsung dibeli dan dipasarkan. Mereka tidak perlu repot memikirkan cara menjualnya, sehingga kelompok masyarakat kita secara ekonomi terangkat, dan kelak di harapkan lebih sejahtera dan lulus dari bansos menjadi peserta pemberdayaan yang mandiri," jelas Fatma.
Sebanyak 100 orang KPM yang terbagi ke dalam dua kelompok diberikan pelatihan intensif. Yayasan Kumala melatih 50 orang KPM dan Murakabi Craft melatih 50 orang KPM.
Kelompok Yayasan Kumala diberikan pelatihan membuat kertas daur ulang dari bahan pelepah pisang, yang bisa dibuat menjadi berbagai macam benda bernilai jual seperti paper bag, tempat tisu, kotak kado, figura, buku, dan lainnya. Sedangkan kelompok Murakabi Craft diberikan pelatihan membuat kerajinan anyaman berbahan daun pandan.
Yayasan Kumala merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di berbagai bidang, termasuk pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sampah, dan pendidikan. Sementara Murakabi Craft merupakan sentra pembuatan kerajinan serat alam yang berpusat di Dusun Sedang, Kalurahan Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo.
Yayasan Kumala dan Murakabi Craft serta Kemensos sama-sama memiliki kepedulian untuk membantu meningkatkan kemandirian ekonomi KPM sehingga tidak tergantung ke bantuan sosial. Dalam suasana hangat, saat kunjungan, Fatma juga menyapa para peserta yang hadir dan memberikan apresiasi kepada para instruktur dari Yayasan Kumala dan Murakabi Craft yang telah berbagi ilmu dengan KPM.
Salah satu kisah inspiratif hadir dari Alif (40), seorang pelatih di Yayasan Kumala yang telah bergabung sejak 2011. Alif sebelumnya berprofesi sebagai pengamen dan penjual koran, namun karena adanya keinginan untuk berubah, saat ini ia sudah berkeliling Indonesia memberikan pelatihan kepada orang-orang yang membutuhkan.
"Saya (sebelumnya) seorang anak jalanan, tetapi bisa jadi trainer, saya bisa terbang ke mana saja, itu sebuah pengalaman tak terduga," kata Alif.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Mira Riyati Kurniasih menyampaikan kegiatan pemberdayaan ini memanfaatkan potensi-potensi lokal di daerah masing-masing.
"Untuk di daerah Kulonprogo ini, kita memanfaatkan pelepah pisang, kita memanfaatkan daun pandan," urainya.
Ia menjelaskan 100 orang yang mengikuti pelatihan berasal dari 12 dusun, para peserta pelatihan ini merupakan KPM Program Keluarga Harapan (PKH) dan KPM Sembako. Dari 50 orang yang dilatih oleh Murakabi Craft, ada 10 orang yang mempunyai potensi.
"Berdasarkan quality control itu produk-produknya sudah bisa diterima atau ditampung oleh Murakabi Craft, karena Murakabi Craft ini produknya adalah produk ekspor, tentunya hasilnya harus sesuai quality control," kata Mira.
Harapannya dari 10 orang yang sudah berhasil membuat anyaman sesuai standar, mereka bisa menularkan ilmunya kepada KPM lain sehingga semuanya dapat menghasilkan produk sesuai kebutuhan pasar. Sebagai informasi, dalam kegiatan ini Fatma turut didampingi oleh Penasihat 2 DWP Kemensos Intan Agus Jabo dan Ketua DWP Kemensos Veronika Robben Rico.
Simak juga Video: Mau Komplain soal Bansos ke Kemensos? Ini Pesan Gus Ipul