Peringatan Hari Mangrove Sedunia jatuh pada tanggal 26 Juli setiap tahunnya. Hari internasional ini bertujuan untuk mendorong konservasi dan pertumbuhan hutan mangrove yang berkelanjutan.
Berikut asal-usul Hari Mangrove Sedunia atau International Day for the Conservation of the Mangrove Ecosystem.
Asal-usul Hari Mangrove Sedunia
Melansir situs National Today, Hari Mangrove Sedunia yang diperingati setiap 26 Juli, ditetapkan oleh UNESCO dalam Konferensi Umum 2015. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan kesadaran tentang ekosistem mangrove.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tahun 1980, kita telah kehilangan separuh hutan mangrove. Beberapa negara bahkan telah kehilangan lebih dari 80% populasi mangrove mereka.
Mangrove tumbuh di wilayah pesisir tropis dan subtropis. Mangrove dapat bertahan terhadap salinitas tinggi, banjir pasang surut, dan kadar oksigen rendah.
Pohon-pohon ini ditopang oleh akar-akar yang kuat dan kusut yang membantu menahan gelombang pasang dan menyediakan habitat yang kaya bagi banyak organisme seperti ikan dan krustasea. Konservasi ekosistem mangrove penting karena mencegah erosi garis pantai, mengurangi dampak pasang surut dan tsunami, serta mengurangi karbon atmosfer.
Manfaat Mangrove di Lingkungan
Mengutip dari situs UNESCO, mangrove adalah ekosistem langka di perbatasan antara daratan dan lautan. Ekosistem ini berkontribusi pada kesejahteraan, ketahanan pangan, dan perlindungan masyarakat pesisir di seluruh dunia.
Mangrove mendukung keanekaragaman hayati yang kaya dan menyediakan habitat pembibitan yang berharga bagi ikan dan krustasea. Mangrove juga berperan sebagai bentuk pertahanan alami pesisir terhadap gelombang badai, tsunami, kenaikan permukaan laut, dan erosi. Tanahnya merupakan penyerap karbon yang sangat efektif, menyerap karbon dalam jumlah besar.
Namun, mangrove menghilang tiga hingga lima kali lebih cepat daripada hilangnya hutan global secara keseluruhan, dengan dampak ekologis dan sosial-ekonomi yang serius. Perkiraan saat ini menunjukkan bahwa tutupan mangrove telah terbagi dua dalam 40 tahun terakhir.
"Mangrove berada dalam bahaya: diperkirakan lebih dari tiga perempat mangrove dunia terancam, begitu pula seluruh organisme akuatik dan terestrial yang bergantung padanya. Karena alasan ini, UNESCO bertindak untuk melindungi mangrove dan ekosistem karbon biru berharga lainnya, melalui jaringan Cagar Biosfer, Taman Geo Global, dan situs Warisan Dunia alami," demikian keterangan dari Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO.
Peran UNESCO untuk Konservasi Mangrove
UNESCO sangat terlibat dalam mendukung konservasi mangrove, sekaligus memajukan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Pencantuman mangrove dalam Cagar Biosfer, Situs Warisan Dunia, dan Taman Geo Global UNESCO berkontribusi pada peningkatan pengetahuan, pengelolaan, dan konservasi ekosistem mangrove di seluruh dunia.
UNESCO terlibat di tingkat ilmiah dan kebijakan untuk melindungi, mengelola, atau memulihkan ekosistem karbon biru global (bakau, lamun, dan rawa pasang surut/garam) dalam rangka mengatasi perubahan iklim. Ekosistem karbon biru yang sehat juga menyediakan habitat bagi spesies laut, mendukung stok ikan dan ketahanan pangan, menopang masyarakat dan mata pencaharian pesisir, menyaring air yang mengalir ke lautan dan sistem terumbu karang kita, serta melindungi garis pantai dari erosi dan gelombang badai.
Simak juga Video: Pramono Ungkap Pesan Megawati Usai Tanam Mangrove di Hutan Lindung Kapuk