Ganja Aceh Punya Cerita
Barang dari Pulo Paling Top
Senin, 02 Jul 2007 14:57 WIB

Jakarta - Ganja Aceh memang paling kesohor di Nusantara. Tapi bagi pengkonsumi ganja di Aceh, ganja yang berasal dari Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dinilai sebagai ganja yang paling top kualitasnya. Konon, ganja kualitas bagus ini jika dihancurkan akan beraroma mangga dan sedikit berminyak. Tak heran, pulau ini disebut sebagai ladang ganja. Pulo Aceh terletak sekitar 16 mil dari daratan Banda Aceh. Untuk sampai ke pulau ini, kita harus naik boat dari Pelabuhan Ulee Lhue atau dapat juga dari pelabuhan kecil di kawasan Ujung Pancu, dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam sampai 2 jam. Tapi, tak ada penduduk asli di pulau yang juga dikenal sebagai sarang malaria ini. Penduduk pulau umumnya datang dari Aceh daratan dan juga Sabang. Ketika tsunami menghantam sebagian Aceh, Pulo Aceh termasuk wilayah yang cukup parah diterjang tsunami. Ketika masa darurat militer, pulau ini pernah hendak dijadikan semacam Pulau Buru bagi para narapidana yang terlibat Gerakan Aceh Merdeka. Tapi entah kenapa, rencana itu tak jadi dijalankan. Pulau ini, mendapat julukan ladang ganja, karena banyak sekali ditemukan ladang-ladang ganja di kawasan perbukitannya. Umumnya, para pemilik ladang ganja adalah orang-orang luar. Para petani ganja sebenarnya tidak mendapat untung yang banyak dari bertanam daun surga ini. Para pemilik ladang dan para mafia ganjalah yang mengeduk keuntungan dari hasil penjualan ganja. Karena ganja Aceh umumnya dibanderol dengan harga yang lumayan tinggi di pasaran ganja se-Nusantara. Namun kalau dipasarkan di kawasan Malaysia dan sekitarnya, harganya lebih murah dibanding ganja asal Thailand atau kawasan Asia lainnya. Beberapa pemakai ganja pada detikcom mengaku, "daya bius" barang Pulo -- demikian mereka menyebut ganja asal Pulo Aceh -- lebih tinggi dibanding daya bius ganja dari daerah lain di Aceh. Itulah yang membuat ganja dari Pulau Aceh terbilang oke punya. Bahkan dari bentuknya juga dapat dikenali, apakah ganja tersebut berasal dari Pulo atau tidak. Konon, ganja asal Pulo berdaun lebih panjang dan runcing jika dibanding dengan ganja dari daerah lainnya di Aceh. Terkadang daunnya berjumlah tujuh helai dalam satu tangkai, bukan lima helai seperti lazimnya daun-daun ganja. Bunga dan bijinya juga lebih kecil-kecil. Selain itu, aromanya hampir menyerupai aroma mangga atau kuini jika dihancurkan dan sedikit berminyak. Lebih top lagi, jika ganja yang didapat tidak memiliki biji atau bunga. Ganja jenis ini biasanya disebut dengan ganja agam, atau ganja laki-laki. Entah kenapa, disebut begitu. Foto:Daun ganja (Wikipedia)
(ray/nrl)