Studi Menyebut Kapitalisme Buruk untuk Kesehatan Pria

Studi Menyebut Kapitalisme Buruk untuk Kesehatan Pria

- detikNews
Senin, 02 Jul 2007 06:00 WIB
Chicago - Komunisme mungkin dinilai menindas, namun ternyata kapitalisme lebih buruk dampaknya bagi kesehatan laki-laki. Studi baru-baru ini menyebutkan, ada peningkatan yang cukup signifikan dalam rata-rata kematian kaum laki-laki, setelah runtuhnya Uni Soviet.Angka harapan hidup untuk pria yang merdeka dari tirai besi turun sejak 1991-1994, di tengah-tengah kekacauan sosial, penderitaan fisik, dan ketidakstabilan ekonomi.Tingkat seorang pria terserang, tergantung bagaimana kerasnya transisi kapitalisme, dan seberapa besar ketidaksamaan pendapatan bertambah. Itulah studi yang dilakukan Universitas Michigan, AS, seperti dilansir dari AFP, Minggu (1/7/2007)."Ketidaksamaan status dan sumber dapat datang dengan kapitalisme, yang membuat kaum laki-laki bertindak. Yang mana itu bisa mengganggu kesehatan laki-laki," kata pengarang buku Daniel Kruger.Kompetisi yang bertambah dapat menciptakan sebuah lingkungan yang mendorong tindakan berisiko, yang hasilnya menimbulkan kecelakaan fatal. Tambahan tekanan sosial ekonomi dapat termanifestasikan dalam bunuh diri atau pembunuhan. Hal itu pula yang bisa menyebabkan adanya ketegangan fisik yang memicu serangan jantung."Seperti perwujudan stres fisik yang muncul dari sebuah lingkungan persaingan," kata Kruger.Dia lantas membandingkan angka kematian rata-rata laki-laki dan perempuan di 14 negara bekas Soviet.Di Polandia, yang transisinya relatif halus, terlihat rata-ratanya meningkat 15 persen daripada Estonia yang jauh tidak stabil. Kekerasan kematian meningkat 238 persen.Yang lebih signifikan, jelas Kruger, adalah gap antara rata-rata kematian laki-laki dan perempuan yang tumbuh sekitar 9,3 persen. Ini menunjukkan bahwa perubahan ekonomi lebih berbahaya terhadap laki-laki daripada perempuan."Bila ada anak yang akil balik, mereka akan melihat ini adalah kesempatan. Tapi kalau umurnya 45 tahun maka akan dilihat sebagai sebuah ancaman," jelasnya.Negara-negara yang terimbas adalah Rumania, Estonia, Latvia, dan Albania. Di negara-negara tersebut, pada 5 tahun pertama setelah kejatuhan komunis, gap kematiannya melebar antara 14-30 persen.Gap itu tumbuh 8-12 persen di Lithuania, Rusia, Ukraina, Belarusia, dan Jerman Timur. Yang tidak terlalu banyak, yakni hanya 1-6 persen ada di Slovenia, Republik Ceko, Polandia, Bulgaria, dan Hungaria. Studi ini dipublikasikan dalam isu-isu terkini evolusi psikologi. (nvt/nvt)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads