DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memboyong ratusan pengasuh pondok pesantren, peserta International Conference on the Transformation of Pesantren (ICTP) berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk (PIK). Kunjungan itu dalam rangka studi banding melihat lebih dekat Yayasan Buddha Tzu Chi mengelola pendidikan, layanan kesehatan, hingga kegiatan sosial.
Dalam kunjungan itu para pengurus pesantren diajak menyimak paparan mengenai model pendidikan Buddha Tzu Chi. Kemudian mereka diajak langsung melihat bangunan sekolah.
Wasekjen DPP PKB Zainul Munasichin mengatakan, Yayasan Buddha Tzu Chi dipilih sebagai tempat kunjungan para pengurus pesantren lantaran memiliki rekam jejak baik dalam urusan pendidikan hingga kegiatan sosial. Sehingga hal ini jadi kesempatan besar bagi pesantren mempelajari pola pengelolaan Buddha Tzu Chi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana cara mereka mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kegiatan kemanusiaan, kemudian mereka membangun sistem pendidikan yang basisnya adalah basis karakter hampir sama dengan yang ada di pesantren. Bagaimana mereka mengembangkan layanan kesehatan dan juga menangani problem-problem kemanusiaan yang ada di tengah masyarakat, baik pencana sosial maupun juga krisis yang lain," kata Zainul di sela-sela kunjungan ke Yayasan Buddha Tzu Chi, PIK, Rabu (25/6/2025).
Zainul mengatakan dengan kunjungan ini tema besar transformasi pesantren diharapkan dapat terwujud. Menurutnya, jika pesantren ingin bertahan dalam iklim industri 4.0 dan kemajuan teknologi informasi, jalan satu-satunya adaptif dan bisa melakukan inovasi.
"Transformasinya salah satunya adalah ditunjukkan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi ini. Ada banyak sekali transformasi dalam sistem pendidikan, ada juga transformasi di bidang layanan kemanusiaan dan juga kesehatan. Kalau di sistem nilainya hampir sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi dengan pesantren. Bahwa karakter itu nomor satu, akhlak nomor satu, adab nomor satu, baru kemudian ilmu pengetahuan," kata dia.
Zainul menekankan, hal pokok yang harus diambil dari kunjungan ini adalah konsistensi. Menurutnya nilai-nilai di pesantren sudah kuat, namun masih lemah dalam implementasinya.
"Yang semalam Gus Muhaimin (Ketua Umum PKB) sampaikan itu. Sudah jelas doktrin tiap hari disampaikan annandofatu minal iman (kebersihan sebagian dari iman). Itu doktrin yang luar biasa, yang itu setiap kali diucapkan di pesantren. Tapi praktek lapangannya kita tahu sendiri kan, situasi bagaimana tingkat kebersihan para santri kita dan juga lingkungan pesantren kita. Itu gapnya masih sangat jauh," terangya.
"Di pendidikan Yayasan Buddha Suci ini betul-betul dijaga para peserta didik itu disiplin misalnya soal buang sampah, bahwa ketika mereka selesai makan harus nyuci piring sendiri. Kemudian juga mereka wajib untuk mendaur ulang sampah. Ini hal yang sangat sepele di pesantren juga diajarkan, tapi prakteknya hasilnya beda," sambung dia.
Selain itu, Zainul juga menyebut Yayasan Buddha Tzu Chi siap kolaborasi dengan pesantren-pesantren yang ada dalam binaan PKB. Harapannya pesantren itu dapat memiliki sistem pendidikan lebih baik.
"Yayasan Buddha Tzu Chi siap berkolaborasi dengan pesantren binaan PKB untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih maju dan lebih inovatif," ungkap dia.
Selain kunjungan ke Buddha Tzu Chi, sebagian pengurus pesantren lain berkunjung ke kantor Huawei dan SMK Mitra Industri di Bekasi. Kunjungan itu juga untuk belajar mencari formula transformasi pesantren.
"Kita ingin belajar tentang bagaimana pesantren dapat inspirasi terkait kemajuan teknologi informasi dari Huawei. Semoga nanti ada kolaborasi yang bisa kita dapatkan dari Huawei," ucapnya.
"Kemudian yang kedua, yang SMK. Kita ingin tahu sistem pembelajaran terkait peningkatan skill khususnya di pendidikan-pendidikan vokasi," sambungnya.
Zainul mengutip pesan Eks Ketua Umum PBNU Said Aqil yang mengatakan jangan sampai santri-santri hanya alfiyah hafal, fathul wahab, fathul muin atau alhikam. Tapi ketika kembali ke rumah, kembali ke masyarakat, katanya, mereka bingung mau dibuat apa fathul muin, fathul qahab ini.
"Sementara tantangan ekonomi kita, tantangan ekonomi kita ini tidak serta-merta bisa diresaikan secara langsung oleh Fathul Muin gitu. Harus diturunkan lagi dalam konteks misalnya skill dan juga kompetensi. Walaupun ya bukan berarti fathul muin harus menyelesaikan ekonomi, tidak serta-merta seperti itu," jelasnya.