Kemensos Salurkan Bantuan ATENSI untuk Penyandang Disabilitas di Blitar

Kemensos Salurkan Bantuan ATENSI untuk Penyandang Disabilitas di Blitar

Hana Nushratu - detikNews
Rabu, 25 Jun 2025 12:42 WIB
Kementerian Sosial RI terus mendukung upaya pengembangan diri bagi 12 Pemerlu Atensi Sosial (12-PAS).
Foto: Kemensos
Jakarta -

Kementerian Sosial RI terus mendukung upaya pengembangan diri bagi 12 Pemerlu Atensi Sosial (12-PAS). Penyaluran bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) kepada Rumah Kinasih Blitar merupakan salah satu langkah nyata yang dilaksanakan.

Kemensos melalui Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemensos bersama Sentra Prof dr Soeharso Solo menyalurkan bantuan ATENSI berupa bahan baku membatik senilai Rp 37.125.000 kepada 25 orang Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di Rumah Kinasih Blitar, Jawa Timur. Penasihat I DWP Kemensos Fatma Saifullah Yusuf mengungkapkan bantuan ATENSI berfungsi untuk mendukung kelangsungan hidup PPKS mulai dari membantu pemenuhan hidup layak, hingga memberikan dukungan pemberdayaan untuk memutar roda perekonomian PPKS.

"Program ATENSI sudah menjadi jargon bahwa Kemensos selalu ada di dalam upaya memberikan dukungan dan perlindungan kepada masyarakat, dan juga berupaya sekuat tenaga untuk memberikan harapan baru bagi masyarakat yang membutuhkan," ucap Fatma, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatma berharap pemberian bantuan bahan baku membatik kepada Rumah Kinasih Blitar dapat membantu PPKS yang berada di bawah naungan Rumah Kinasih agar lebih produktif dan bersemangat menjalani hidupnya. Rumah Kinasih Blitar yang berdiri sejak 2017 merupakan sebuah wadah yang tak hanya berfungsi sebagai pusat pelatihan dan rehabilitasi, tapi juga sebagai pusat kewirausahaan inklusif yang merangkul penyandang disabilitas sebagai pekerjanya.

Rumah Kinasih memfokuskan kewirausahaannya pada batik ciprat dan memproduksi tak hanya berbagai warna dan motif kain batik ciprat, namun juga berbagai model busana, dompet dan tas yang berbahan dasar batik ciprat. Saat ini, Rumah Kinasih mengampu sebanyak 52 orang penyandang disabilitas.

ADVERTISEMENT

Kebanyakan adalah disabilitas mental dan setiap hari wajib minum obat, juga yang berhubungan dengan hukum serta lansia terlantar. Mereka berasal dari Blitar, tapi ada juga yang berasal dari Jombang, Kalimantan dan Surabaya. Dari jumlah tersebut, lebih dari 20 orang tinggal di Rumah Kinasih karena mereka tidak memiliki keluarga yang merawat.

Di Rumah Kinasih Blitar, seluruh PPKS mendapatkan pelatihan pemberdayaan batik ciprat dan tulis dan pembiasaan kegiatan keagamaan seperti membiasakan salat 5 waktu dan mengaji. Bahkan ada program Bina Diri yang diharapkan para penghuni dapat hidup bersih, rapi, mandiri (mampu mengurus diri sendiri), agar lebih percaya diri ketika berbaur dengan warga sekitar.

Kerja bakti Jum'at Bersih juga dilakukan agar mereka dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan dibiasakan untuk mengikuti kegiatan bersama masyarakat sekitar. Dalam sehari, para penyandang disabilitas yang kini telah menjadi pengrajin batik di Rumah Kinasih bisa memproduksi sebanyak 5 hingga 6 lembar kain batik.

Meski penghasilan mereka naik turun bergantung pada permintaan pasar, namun banyak yang telah menjadi tulang punggung keluarga dan membantu perekonomian keluarga. Yang membanggakan adalah Yuni penyandang disabilitas daksa telah berhasil membeli sepeda motor secara tunai.

Bahkan, ia masih memiliki sisa tabungan senilai Rp 9 Juta saat ini. Ada pula Harianto yang bisa membantu keluarganya merenovasi rumah dari jerih payahnya membatik.

Selain Yuni dan Harianto, masih ada beberapa penyandang disabilitas lain yang bisa membeli gawai dan perhiasan serta memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka. Pendiri Rumah Kinasih Blitar Edi Cahyono merasa bangga dengan pencapaian para penyandang disabilitas yang ada di bawah naungan Rumah Kinasih.

Karenanya, Edi pun berharap masyarakat yang membeli produk Rumah Kinasih bukan karena iba pada kondisi disabilitas, melainkan karena memang kualitas produk mereka yang bagus. Kemensos sendiri mengambil langkah nyata mendukung produktivitas perajin batik disabilitas dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos) Nomor 50 Tahun 2025.

Melalui peraturan ini, para pegawai Kementerian Sosial diwajibkan mengenakan batik ciprat di hari yang telah ditentukan. Edi pun mengapresiasi dukungan nyata Kemensos tersebut.

"Matur suwun sanget (terima kasih banyak) bantuan yang diberikan kepada Rumah Kinasih melalui Ibu Fatma Saifullah Yusuf, ini adalah modal kerja bagi teman-teman disabilitas agar masa depannya bisa lebih mandiri dan bisa membantu kebutuhan keluarga mereka. Tadinya mereka dianggap aib untuk keluarga, kini mereka menjadi potensi dan aset," kata Edi.

Jajaran DWP Kementerian Sosial tak hanya menyerahkan bantuan, mereka juga meninjau secara langsung produksi batik ciprat di Rumah Kinasih. Seluruh yang hadir pun kagum dengan ketelatenan para pengrajin disabilitas dalam memproduksi batik ciprat, mengingat sebagian besar adalah disabilitas mental.

Suasana ceria dan gelak tawa juga mewarnai peninjauan Rumah Kinasih. Beberapa penyandang disabilitas tampil penuh percaya diri dalam peragaan busana batik ciprat.

Lenggak-lenggok, kepolosan dan keceriaan mereka pun mengundang gelak tawa seluruh tamu undangan. Jajaran DWP Kemensos turut meramaikan acara dengan melakukan peragaan busana, mukena, kain dan tas karya Rumah Kinasih yang mereka beli.

Sebagai informasi, dalam kesempatan ini Fatma turut didampingi oleh Penasihat 2 DWP Kemensos Intan Agus Jabo.

Tonton juga Video: 3 Coffee Shop di Jakarta yang Pekerjakan Penyandang Disabilitas

(hnu/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads