Setelah Wahyu Hidayat, Ada 2 Praja IPDN Lagi Meninggal
Selasa, 19 Jun 2007 19:12 WIB
Surabaya - Inu Kencana Syafei mengungkapkan, setelah praja Wahyu Hidayat tewas, masih ada 2 praja lagi yang meninggal. Namun, kata dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) itu, kasus tersebut tak mencuat karena ia sedang keluar pulau Jawa.Inu mengatakan, meski dirinya sering mendapat keluhan, cercaan atau bahkan ancaman pembunuhan, dia tetap vokal. Dia tetap akan membongkar borok IPDN sampai kapan pun."Yang saya sesali adalah di IPDN kekerasan malah menjadi uang. Kekerasan digunakan sebagai alat untuk mencari uang," ujar Inu dalam Diskusi Pendidikan Menguak Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan di Rumah Makan Tasty, Karang Menjangan, Surabaya, Selasa (19/6/2007).Inu mencontohkan, untuk para tersangka yang memukul tetapi tidak membunuh Wahyu Hidayat, mereka diharuskan setor uang sebanyak Rp 150 juta agar kasusnya ditutup. Untuk yang membunuh mereka malah diharuskan setor Rp 300 juta agar kasusnya tak mencuat ke permukaan.Yang lebih parah lagi, kata Inu, adalah kelakuan para pengasuh. Mereka sering memeras para praja yang ketahuan melanggar peraturan.Contohnya adalah ketika salah seorang pengasuh memergoki anak didiknya sedang dugem di night club. Pengasuh itu langsung membuat penawaran, uang setoran atau dilaporkan.Maka tak heran bila ada pengasuh yang langsung membeli rumah seharga Rp 3 miliar tak lama setelah menjadi pengasuh di IPDN."Mereka dan para pejabat IPDN lah yang bobrok. Pengasuh itu sendiri diambil dari alumni praja yang berkelakuan jelek," terang Inu.Borok kekerasan STPDN itu baru mencuat ke permukaan ketika kematian Cliff Muntu, Praja asal Sulawesi Utara, dibeber ke media oleh Inu. Sebelumnya kematian Wahyu Hidayat yang juga dibeberkan Inu ke media belum cukup menjadi trigger (pemicu) pembuka borok kekerasan di IPDN."Setelah kematian Wahyu, masih ada dua praja lagi yang meninggal. Namun itu tak mencuat ke permukaan karena waktu itu saya sedang keluar pulau Jawa," pungkas Inu.
(mar/mar)