Jakarta - Partai Rakyat Demokratik (PRD) pernah memiliki sebuah dokumen yang menarik. Dokumen itu mengungkap rencana PRD pada tahun 1994 untuk bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI)."Dalam pertemuan di Ambarawa (Jawa Tengah), tahun 1994, kita sudah mau menentukan bergabung dengan PDI. Tapi belakangan kita malah mengubah taktik," ungkap mantan pentolan PRD Andi Arief dalam diskusi 'Saatnya Pemimpin Muda Berkuasa' di Candi Dieng Room, Hotel Sahid Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (19/6/2007).Perubahan taktik itu dipilih karena merasa popularitas PRD lagi tinggi. Hal itu disebabkan karena kegigihannya melawan Orde Baru dan mengenalkan ide-ide sistem politik baru."PRD pun lalu mengikuti Pemilu. Saat itulah kesempatan kita menikmati kekuasaan terputus," ujar Andi yang saat ini adalah salah seorang komisaris PT Pos itu."Tidak tahu kalau sekarang Budiman bergabung di PDIP. Apakah masih bisa mendapatkan kekuasaan itu," ujar Andi melirik mantan Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko yang juga jadi panelis diskusi.Namun Andi dan Budiman Sudjatmiko yang sekarang aktif di PDIP menganggap kaum muda telah memenangkan ide-ide perubahan politik. Misalnya sistem Pemilu langsung, supremasi sipil, dan lain-lain. "Pada akhirnya kaum muda memimpin. Persoalannya baru kepemimpinan ide. Kaum tua mengikuti itu," ujar Budiman.Kepemimpinan itu baru sebatas ide. Kepemimpinan secara fisik belum terjadi. Padahal di bidang lain, seperti bisnis dan akademis, sudah terjadi regenerasi ke pemimpin-pemimpin muda."Di dunia akademis, banyak yang usia 30-an tahun sudah jadi profesor. Di dunia politik terjadi bottle neck, kaum tua masih mendominasi," tandas Budiman.
(aba/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini