Jakarta - Perkembangan obat-obatan bio teknologi di dunia hanya 10 persen. Ini dikarenakan selain teknologi yang mahal, ada berbagai persyaratan uji klinis yang ketat terhadap obat-obatan jenis ini."Obat ini dibuat dengan memakai sel-sel makhluk hidup, jadi uji klinis harus dilakukan, selain untuk keampuhan juga sebagai hak paten obat tersebut," kata Ketua Ikatan Ahli Farmakologi Indonesia (IKAFI) Iwan Dwi Prahasto.Hal ini disampaikannya dalam jumpa pers acara Jakarta 2007 International Bio Similars Confrence dengan tema "The Development of Therapeutic Proteins: A Scientific & Regulatory Challange" yang diadakan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (16/6/2007).Menurut dia untuk produksi obatnya memerlukan investasi di bahan aktif untuk Bio Teknologi ini bisa menghabiskan dana sebesar U$ 300 juta."Belum lagi sampai tahap transportasinya, karena untuk bio teknologi ini harus disesuaikan suhu udaranya sehingga obatnya tetap ampuh, sehingga bisa dikatakan investasi keseluruhan untuk obat ini sangat mahal," ujarnya.Karena itu dicobalah upaya mengadakan konfrensi yang baru pertama kali di lakukan di Indonesia dengan mengundang sejumlah dokter ahli farmasi dari negara lain. Dalam konferensi itu dibicarakan mengenai cara mengembangkan obat bio teknologi di Indonesia dengan menggunakan protein dan teknologi yang cukup mutakhir. Selain itu upaya menjalin kerjasama dengan para dokter ahli farmasi pun dibangun melalui konferensi ini. Dan IKAFI tengah mengupayakan membuat obat kopi dari obat Bio Teknologi ini yang dikenal dengan Bio Similars."Tapi ini bukan seperti obat generik, karena bio similars ini menggunakansel-sel makhluk hidup, dan ini menjadi alternatif dari perkembangan obatBio Teknologi yang bisa dilakukan setelah obat tersebut telah habis masahak patennya," jelasnya.Namun diakui bahwa di Indonesia sendiri kurang menyenangkan dan tidakberkembang karena mahalnya biaya produksi. "Kita tahu bahwa peralatan yangdigunakan untuk membuat obat ini sangat mahal," ucapnya.IKAFI mencoba mengembangkan obat-obat bio similars di Indonesia karena menurutnya biaya untuk bio similars ini lebih murah ketimbang membuat obat bio teknologi baru. "Memang untuk duplikat dari obat bio teknologi ini lebih murah, biayanya bisa 1/5 hingga 1/6 dari pembuatan obat bio teknologi baru, akan tetapi pasti kualitasnya akan berbeda, dan memang akan ada uji klinis juga yang dilakukan untuk memeriksa apakah obat bio similars ini memiliki kandungan yang sama dengan obat aslinya," jelasnya.
(dnl/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini