Kemenhut Usut Penyelundupan Satwa Liar Jadi Suvenir ke AS

Kemenhut Usut Penyelundupan Satwa Liar Jadi Suvenir ke AS

Taufiq Syarifudin - detikNews
Selasa, 06 Mei 2025 14:41 WIB
Direktur Penindakan Pidana Kehutanan Rudianto Saragih Napitu dalam pemaparan Penanganan dan Perkembangan Kasus Kejahatan Kehutanan di Kantor Kemenhut, Jakarta Pusat.
Direktur Penindakan Pidana Kehutanan Rudianto Saragih Napitu dalam pemaparan Penanganan dan Perkembangan Kasus Kejahatan Kehutanan di Kantor Kemenhut, Jakarta Pusat. (Foto: Taufiq Syarifudin/detikcom)
Jakarta -

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengungkap tren penjualan gelap satwa liar yang digunakan sebagai hiasan ruangan. Satwa liar yang akan dijadikan suvenir itu lalu dikirim ke Amerika Serikat (AS).

Direktur Penindakan Pidana Kehutanan Rudianto Saragih Napitu mengatakan para penjual satwa liar itu banyak menjual bagian-bagian tubuh. Mereka menganggap bagian tubuh itu sebagai seni.

"Tapi jenisnya rata-rata kepala. Jadi ada kepala orang utan, ada kepala monyet ekor panjang, dan lain-lainnya, dan itu dikirim ke Amerika. Kalau, berdasarkan data kita, hampir ke luar negeri itu 130 kali pengiriman. Jadi sudah berlangsung lama, itu dia menjadi suvenir, jadi hiasan," kata Rudianto dalam agenda pemaparan Penanganan dan Perkembangan Kasus Kejahatan Kehutanan di kantor Kemenhut, Jakarta Pusat, Selasa (6/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satwa liar ini kemudian dimasukkan ke badan lelang untuk diedarkan. Kemenhut kemudian melakukan investigasi untuk mencari tahu siapa di balik peredaran tersebut.

"Dan ini salah satu orang yang saat ini kita cari itu adalah pemilik salah satu badan lelang, jadi nggak tahu ini apanya, apakah dari lelang apa, masih kita investigasi. Jadi ini badan lelang swasta ya. Jadi ini kita investigasi," ucap Rudianto.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Kemenhut menemukan fakta tren penjual satwa liar yang memperjualbelikan sisik trenggiling. Kasus-kasus sisik trenggiling ini banyak ditemukan di sejumlah daerah, termasuk di Jakarta.

"Yang kedua, yang banyak trennya itu adalah sisik trenggiling. Ini sisik trenggiling kita di tahun ini saja kita sudah melakukan operasinya itu 4. Di Karimun, di Kisaran, sama Asahan itu 2. Terus kita juga melakukan penangkapan yang terakhir di Jakarta, di Jakarta itu 165 kilogram," jelas Rudianto.

Sisik trenggiling yang diperjualbelikan ini selanjutnya diolah menjadi narkoba. Selain itu, sisik trenggiling digunakan untuk keperluan lainnya.

"Nah, kalau yang, kalau trenggiling, mungkin penggunaannya banyak ya. Tapi yang kita dapat informasi kebanyakan untuk psikotropika ya," ungkap Rudianto.

Adapun beberapa satwa liar diselundupkan ke negara-negara seperti Malaysia, Filipina. Satwa itu transit di beberapa negara ASEAN untuk dikirim ke negara-negara lain.

"Saya kira untuk modusnya itu sama ya. Kalau modusnya itu kalau sekarang itu masih kepada perdagangan online. Nah, kalau yang, itu yang bagian-bagian tubuh. Kalau yang hidup, itu lebih pada jaringan tertutup. Tapi dia transit dari beberapa tempat sampai kepada, jadi dia ada perpindahan moda transportasinya," kata Rudianto.

Simak juga Video 'WWF Nilai Hukuman Penjara untuk Pemburu Liar Masih Terlalu Rendah':

(azh/azh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads