Bencana Turut Mengubah Peradaban Manusia

Bencana Turut Mengubah Peradaban Manusia

- detikNews
Sabtu, 26 Mei 2007 01:24 WIB
Medan - Berbagai bencana yang terjadi di Tanah Air, tidak hanya dipandang sebagai musibah yang menghilangkan harta dan jiwa. Namun bencana dapat juga menyebabkan terjadinya perubahan peradaban. Menurut warga negara Indonesia yang saat ini menjadi Guru Besar Tamassath University of Bangkok, Thailand, Iwan Said, siklus bencana maha dahsyat yan di dunia yang terjadi setiap 15 ribu tahunan, telah menyebabkan perubahan yang drastis. Dalam kajian Antropometrixs Geologi, yang mempelajari mengenai alam semesta, dapat disimpukan hal ini memang benar adanya. "Misalnya banjir besar pada zaman Nabi Nuh, serta pada zaman-zaman berikutnya, menyebabkan terjadinya perubahan peradaban yang cukup besar," kata Iwan Said dalam diskusi Siklus Alam Mempengaruhi Perubahan Peradaban Manusia Didasarkan Antropometrixs Geologi di Hotel Grand Angkasa, Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Jumat (25/5/2007). Disebutkan Iwan Said yang juga bergelar Dharma Wisesa, di Indonesia bencana-bencana besar seperti tsunami di Aceh maupun gempa di Yogyakarta, berimplikasi pada perubahan sikap manusia. Pada gilirannya, perubahan itu akan menjadi sebuah perubahan peradaban. Perubahan peradaban tidak cuma dilihat dari perbedaan karakter manusia, tapi juga diindikasikan oleh gejolak geologi dan geografis yang terjadi di atas permukaan dan di bawah bumi. Bencana seperti banjir bandang, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, turut berpengaruh pada sikap manusia, negara dan pola-pola pemerintahan. Sebenarnya, kata Iwan Said, bencana-bencana yang terjadi merupakan imbas dari perbuatan manusia. Kajian-kajian maupun studi yang dilakukan menunjukkan hal itu memang saling berkorelasi. Perusakan hutan akan menyebabkan malapetaka banjir. Makin besar skala kerusakan, makin besar bencana yang ditimbulkan. "Akhirnya, bencana-bencana itu akan dapat dihindarkan dengan memahami diri sendiri, dan memahami alam. Banyak orang pintar di negeri ini, tapi belum tentu memahaminya," kata Iwan Said yang menyelesaikan membuat tesis Reaksi Fussy saat menyelesaikan master di Institut Teknologi Tokyo, Jepang pada tahun 1981. (rul/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads