Hujan deras di Sukabumi, Jawa Barat, menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah titik. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan bencana alam di Sukabumi terjadi karena perubahan ekosistem hingga tata guna tanah.
"Ya sama, Sukabumi juga kan ancur-ancuran, penambangan, kemudian perubahan ekosistem, perubahan tata guna tanah, semua daerah problemnya itu," kata Dedi di kantor Wali Kota Bekasi, Bekasi, Jumat (7/3/2025).
Dedi menyebutkan perlunya perbaikan tata ruang ke depan. Dia mengatakan evaluasi tata ruang memerlukan waktu setidaknya satu tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tata ruang itu perlu waktu, analisisnya agak panjang karena itu aspek akademik normatif. Mungkin setahun tata ruang itu baru bisa diketok. Apalagi tata ruangnya kan sudah disahkan, sekarang itu masuknya evaluasi, evaluasi tata ruang," ujarnya.
Dede mendorong evaluasi tata ruang di Jawa Barat mengedepankan aspek penghijauan. Ia ingin Jawa Barat kembali hijau.
"Tetapi yang menuju evaluasi tata ruang tersebut, sekarang pembangunan akan diarahkan pada upaya menghijaukan kembali Jawa Barat, jadi kata bahasa Sunda saya adalah leuweung hejo, rakyat ngejo," katanya.
Sebelumnya, hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi sejak Kamis (6/3) malam menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.
Data sementara dari BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat 116 kepala keluarga (KK) atau 204 jiwa terdampak. Dari jumlah tersebut 159 warga terpaksa harus mengungsi. Bencana ini juga mengakibatkan 7 orang hilang dan 1 korban meninggal dunia di Kecamatan Simpenan.
Selain itu, 120 rumah terendam, sementara 10 rumah mengalami kerusakan dengan rincian 5 rumah rusak ringan dan 5 rusak berat.
Simak Video 'Dedi Mulyadi Akan Keluarkan Pergub soal Larangan Alih Fungsi Lahan':
(eva/eva)