Mbok Yem, pemilik satu-satunya warung di Gunung Lawu, mengidap sakit pada awal puasa. Wanita yang bernama asli Wakiyem itu turun gunung sambil ditandu enam orang.
Tradisi Mbok Yem turun Gunung Lawu biasanya dilakukan saat bulan puasa menjelang Lebaran. Namun, karena kondisi kesehatannya yang menurun sejak Februari 2025, Mbok Yem harus turun lebih awal.
"Turun gunung setahun dua kali. Karena usia, sekarang setahun sekali tiap mau Hari Raya. Tapi, karena kondisi lemah, wonge manut (Mbok Yem menurut)," kata juru bicara RSU Aisyiyah, Muh Arbain, dilansir detikJatim, Jumat (7/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bain menerangkan, berdasarkan keterangan si anak, Mbok Yem mempunyai keyakinan tersendiri soal Gunung Lawu. Jika tidak dalam kondisi sakit sakit, Mbok Yem tidak mau turun gunung lebih awal. Sementara itu, pendamping saat Mbok Yem turun gunung, Esa Adi Prasetya, mengatakan orang-orang yang membantu Mbok Yem turun berasal dari relawan dan pendamping.
"Saya kemarin ikut sebagai pendamping. Selain pendamping, ada relawan kemarin ada dua orang kak dari PGL. Perjalanan turun Mbok Yem didampingi enam orang," kata Esa.
Mbok Yem ditandu dari warungnya, Hargo Dalem Gunung Lawu via Cemorosewu, secara bergantian. Mbok Yem merasa kondisi fisiknya menurun, badan lemas, dan terjadi pembengkakan di kaki, yang diduga disebabkan asam urat. Proses turun gunung dari warung pukul 8 pagi dan sampai di base camp Cemoro Sewu pukul 11.00 WIB. Meski Mbok Yem menjalani perawatan di rumah sakit, warungnya tetap buka seperti biasa.
Baca selengkapnya di sini.
Lihat juga Video 'Sanksi untuk 3 Turis Australia yang Mendaki Gunung Rinjani Secara Ilegal':
(taa/idh)