Dua Makam Sultan Palembang yang Hilang Ditemukan
Kamis, 10 Mei 2007 03:07 WIB
Palembang - Makam 2 sultan terakhir Kesultanan Palembang Darussalam sebelum dihancurkan Belanda 1,5 abad lalu, yakni Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu dan Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom, akhirnya ditemukan. "Makam Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu ditemukan di dekat makam Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate. Makam ini sebenarnya lantaran tertarik mengecek sebuah makam yang selama ini tidak dikenal, saat batu nisan yang tertimbun sedalam 30 centiemter digali, ditemukan tulisan dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Arab yang menyebutkan nama Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu," kata Sultan Palembang, Iskandar Mahmud Badaruddin, kepada pers, di Keraton Palembang Darussalam, Jalan Torpedo, Sekip Ujung, Palembang, Rabu (09/04/2007), malam. Sementara itu, makam Sultan Najamuddin Prabu Anom ditemukan di sebuah pulau di Sulawesi Utara bernama Manado Tua. Makam sultan ini terletak di atas sebuah bukit. Pencarian makam dua sultan Palembang yang dibuang Belanda ke Ternate dan Manado ini sudah diusahakan sejak tahun 1980-an. Bahkan Panglima Kodam II Sriwijaya saat itu, Try Sutrisno, turut membentuk tim mencari makam kedua sultan tersebut. Lambat laun pencarian melemah. Baru setelah Keraton Kesultanan Palembang Darussalam dihidupkan kembali dengan ditandai pengukuhan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin sebagai Sultan Palembang, pencarian kedua makam tersebut dilakukan lagi. "Alhamdullillah, akhirnya makam ini ditemukan dan sejarah Palembang kian menemukan titik terangnya," kata Sultan Iskandar. Penemuan makam Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu dan Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom cukup penting dalam sejarah Kesultanan Palembang Darussalam. Sebab berdasarkan buku sejarah yang bersumber dari sejarawan Belanda, kedua sultan ini dinilai pengkhianat masyarakat Palembang. Khususnya Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom atau Sultan Amuk. Namun, sejumlah orang meragukannya, termasuk Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. Menurut dia kalau Sultan Amuk itu pengkhianat, kenapa dia beserta keluarga dan pendukungnya dibuang ke Manado. Apalagi ada catatan adanya perlawanan Sultan Amuk terhadap Belanda di sejumlah daerah di Sumsel. Teori itu dapat diterima, tapi ada keyakinan sebenarnya Sultan Amuk tidak dibuang ke Manado melainkan di Palembang. Apalagi keyakinan ini didukung dengan raibnya atau tidak ditemukannya makam Sultan Amuk. "Semoga peneliti dan sejarawan dapat mengoptimalkan penemuan kedua makam ini," kata Sultan Iskandar.
(tw/gah)