Pedagang kaki lima (PKL), Nono (40), bersyukur karena akses sudah dibuka meski sempit. Dia tidak perlu lagi lewat flyover untuk membawa-bawa dagangannya.
"Sekarang sudah bisa lewat, kemarin sebulan itu saya lewat atas terus. Harus keluar ongkos tambahan buat naik angkot cuma buat nyeberang," ujar Nono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pembukaan akses meski sebagian, Nono bisa menghemat sampai Rp 6.000 sampai Rp 10 ribu. Dia juga khawatir karena beberapa kali mencoba jalan lewat flyover justru mengganggu lalu lintas hingga takut tertabrak.
"Bisa hematlah kalau lewat sini. Kalau lewat atas, terus saya jalan. Biasanya kalau udah habis, kan udah nggak berat ya, nah itu kadang diklakson busway, ngeri saya. Trotoar nggak ada juga di sana," jelas Nono.
Jembatan itu awalnya dibuat untuk mobilitas para siswa untuk cepat sampai ke sekolah. Namun ternyata malah menjadi akses melakukan tawuran.
"Karena kejadiannya itu buat perlintasan tawuran di situ, jadi kemarin ada korban, juga setahun yang lalu," kata dia.
Kini, setelah JPO dibuka kembali, pihaknya menyesuaikan dengan jam masuk dan pulang anak sekolah untuk memudahkan mobilitas mereka. Diperkirakan jembatan ini juga akan tetap dibuka pada bulan Ramadan.
Untuk mengantisipasi tawuran terulang kembali, di samping jembatan tersebut juga sudah disediakan Posko Tiga Pilar yang dijaga oleh organisasi dan masyarakat sekitar.
(aud/aud)