Jakarta - Pengadaan radar produksi dalam negeri masih belum berkembang. Hal ini dikarenakan masih minimnya bujet yang disediakan pemerintah."Radar nasional belum berkembang karena bujetnya. Perkembangannya akan sangat lambat kalau tidak didukung," ujar petugas Komando Pertahanan Udara Nasional Marsekal Muda TNI Eris Heryanto.Hal ini disampaikan dia dalam seminar bertajuk 'Radar Nasional 2007' di Gedung LIPI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (18/4/2007).Namun Eris tidak menjelaskan secara detil, berapa dana yang dibutuhkan untuk pengembangan produksi radar nasional. "Selama ini, kebanyakan radar masih dari luar negeri. Ini juga mahal, karena satu radar saja bisa mencapai US$ 20 juta," imbuhnya.Dijelaskan dia, hampir 60 persen radar di Tanah Air, suku cadangnya menggunakan bantuan dari luar negeri. Dari 17 radar yang ada, kebanyakan adalah radar buatan Inggris dan Prancis.17 Radar tersebut dipasang di 4 sektor, yakni di Jakarta, Makassar, Medan, dan Biak.Radar ini mendeteksi lalu lintas pesawat di udara. Terkait
traffic pesawat harian, di Indonesia masih terbilang kecil. Sebab frekuensi penerbangannya hanya mencapai 2.000-3.000 per hari. Bandingkan dengan AS yang telah mencapai 500.000 penerbangan.Masih banyaknya pesawat yang masuk tanpa izin ke wilayah Indonesia terjadi karena kurangnya pemahaman."Pada umumnya negara yang masuk tanpa izin tidak memahami dan mengetahui secara jelas bahwa Indonesia negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau. Mereka yang masuk menganggap bahwa kawasan yang mereka masuki masih daerah umum," terang Eris.Bila ada pesawat asing yang melanggar batas teritorial Indonesia, pemerintah RI selalu menyelesaikan secara diplomatis dan prosedural.
(nvt/sss)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini