Eco Enzyme, Antar Nila Sari Menuju Penghargaan Lingkungan

Sosok

Eco Enzyme, Antar Nila Sari Menuju Penghargaan Lingkungan

20detik - detikNews
Senin, 02 Des 2024 15:49 WIB
Jakarta -

Kebun yang terletak di belakang gereja itu nampak ramai kegiatan. Beberapa warga nampak menyiram tanaman dan memanen sayur. Tak lama kemudian, beberapa lansia nampak menuju kebun untuk kemudian merendam kaki di cairan yang terbuat dari ampas sayur dan buah.

Inilah suasana kebun di Gereja Santo Andreas Kim Tae-Gon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dikelola oleh Seksi Lingkungan Hidup, kebun ini berfokus pada kegiatan menanam sayur dan buah, bank sampah, edukasi lingkungan, hingga pembuatan cairan serba guna eco enzyme.

Eco enzyme merupakan cairan alami hasil fermentasi sampah organik. Umumnya eco enzyme berbahan dasar buah dan sayur yang bisa didapatkan dari sisa konsumsi rumah tangga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adalah Nila Sari, sosok di balik giat pembuatan eco enzyme di Gereja Santo Andreas Kim Tae-Gon. Sebagai Ketua Seksi Lingkungan Hidup, ia tak hanya fokus pada pemberdayaan lahan untuk kebun sayur. Ia juga menaruh perhatian pada persoalan sampah rumah tangga yang kerap menjadi polusi bau dan gas metana. Karena itulah, ia menggalakkan program membuat eco enzyme untuk warga dan jemaat di Gereja Santo Andreas Kim Tae-Gon.

"Tahu sendiri kan, sampah yang dihasilkan dari rumah itu sudah 60% organik. Itu bayangin kalau misalnya kita nggak olah. Tapi kalau kita olah otomatis, pasti akan berkurang sampah organik yang ke TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantar Gebang," ujar Nila di program Sosok detikcom.

ADVERTISEMENT

Mula-mula, Nila mengumpulkan sisa buah dan sayur dari konsumsi pribadi maupun sumbangan anggota komunitas. Kemudian, ia letakkan sisa buah dan sayur tersebut di dasar wadah kedap udara seperti drum plastik. Lantas, ia menuangkan larutan gula dengan takaran tertentu. Nila pun menutup drum plastik tersebut dan membiarkannya terfermentasi selama kurang lebih tiga bulan. Sesekali, ia akan membukanya untuk diaduk dan mengeluarkan gas fermentasi dari wadah.

Selepas tiga bulan, cairan eco enzyme siap dipanen. Nila pun menyaring cairan eco enzyme dari sisa sayur dan buah yang mengendap. Cairan dengan konsistensi encer dan berwarna kehitaman itu kini siap dipakai untuk berbagai kebutuhan rumah tangga; penyegar udara, penyubur tanaman, obat pel, 'sabun' cuci tangan, hingga cairan perendam kaki untuk mengobati pegal-pegal.

Sejak menggunakan eco enzyme untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, Nila mengaku pengeluarannya menurun drastis. Sebab, kebutuhan-kebutuhan seperti sabun cuci serba guna, penyubur tanaman, dan lain sebagainya sudah bisa digantikan dengan cairan eco enzyme.

"Selain untuk kebutuhan sehari-hari, eco enzyme juga itu untuk kita mengurangi pengeluaran. Karena kita tidak perlu membeli yang kimia-kimia itu lagi. Otomatis paling nggak, 50 persen itu mengurangi pengeluaran ibu-ibu. Ibu-ibu pada senang kalau menjalani," ungkap Nila.

Lantaran manfaatnya yang berlimpah, Nila bertekad untuk mengedukasi tentang eco enzyme ke khalayak luas. Tak hanya untuk jemaat di gereja, ia juga mensosialisasikan eco enzyme ke berbagai pihak di lingkungannya.

"Saya adakan sosialisasi ke Ibu PKK di kelurahan, di RW-RW di sekitar Kelapa Gading, lalu sekolah-sekolah juga kita terutama untuk eco enzyme kita mengedukasi itu untuk pengolahan sampah organik. Mengajak semua orang juga anak-anak di sekolah-sekolah untuk lebih mencintai lingkungan," jelas Nila.

Tak sia-sia, semangatnya mengedukasi tentang eco enzyme dan lingkungan pun diganjar penghargaan. Pada 2021, Nila Sari mendapat penghargaan Ibu Ibukota di bidang lingkungan.

(nel/ppy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads