"Awalnya itu ide dari salah satu Romo di Paroki Kelapa Gading, namanya Romo Antonius Suyadi. Beliau meminta saya dan teman-teman untuk mengolah lahan kosong dari ujung sana sampai ujung sana, di belakang gedung GKP ini. Dan kita akhirnya coba, 'Oke, Romo, kita coba untuk mengolah lahan ini untuk jadi kebun, ya,' seperti itu," kenang Nila di program Sosok detikcom.
Berbekal ketekunan, di tahun 2018 Nila dan anggota Seksi Lingkungan Hidup lainnya bergotong-royong menyulap tanah kosong tersebut menjadi kebun yang asri. Tumpukan sisa material yang menutupi tanah disingkirkan. Tanah pun diurug, digemburkan, diberi kompos dan pupuk, lalu ditanami dengan bibit sayur dan buah.
Saat ini kebun sudah menghasilkan berbagai sayur-mayur seperti bayam, kangkung, kemangi, mentimun, dan sawi. Begitupun dengan buah-buahan seperti anggur, melon, jambu, hingga pepaya. Semua hasil yang dipanen dalam kondisi baik dan organik, bebas pestisida berkat penggunaan pupuk kandang dan eco enzyme yang mereka olah sendiri.
Buah dan sayur hasil panen kemudian dapat dikonsumsi sendiri atau dijual ke sesama anggota komunitas Gereja Santo Andreas Kim Tae-Gon. Tak hanya itu, seringkali Nila dan rekan-rekannya membagikan hasil panen ke warga sekitar gereja.
"Kita kadang bagi-bagi juga untuk umat gereja yang membutuhkan. Terus, kita kasih ke warteg-warteg. Kalau kita panen caisim gitu ya, kita kasih ke tukang bakmi, mie ayam yang gerobakan pinggir jalan. Atau warung-warung warteg itu kita kasih sayur-sayuran," jelas Nila.
Bagi Nila, kebun yang dikelolanya dan Seksi Lingkungan Hidup Gereja Santo Andreas Kim Tae-Gon mesti bermanfaat untuk banyak orang. Ia bercita-cita agar kebun tersebut menjadi jembatan untuk hubungan baik dengan warga, tanpa memandang perbedaan identitas.
"Memang itu tujuan kita juga kan. Membangun hubungan baik, dengan siapa saja. Tanpa memandang agama, suku, ras, gitu. Karena dengan adanya kebun ini, semua bisa menjalin hubungan baik, kerja sama yang baik, juga semua merasa bahagia apabila ada di kebun ini," ungkap Nila.
Lebih lanjut, Nila dan timnya bercita-cita menjadikan kebun ini sebagai kebun edukasi bagi anak-anak. Bagi Nila, hal ini penting untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai konsumsi sayur dan menumbuhkan rasa cinta lingkungan.
"Banyak anak sekarang tidak tahu sayur apa saja. Kami ingin mengenalkan mereka pada cinta lingkungan sejak dini," ujar Nila.
Semangat Nila untuk lingkungan berakar kuat dari rasa syukur akan ciptaan Tuhan. Hal ini pun semakin diwujudkannya tatkala menjabat Ketua Seksi Lingkungan Hidup sejak 2016.
"Bumi ini diciptakan indah. Jadi, saya berprinsip harus memelihara bumi yang diciptakan Tuhan ini. Kita harus merawatnya dan tidak meninggalkan lingkungan yang buruk untuk generasi mendatang," tegas Nila. (nel/ppy)