Bandung - Lupa membereskan tikar bekas tidur dan tas yang berisi pakaian saat ke luar aula RS Hasan Sadikin, Yeti (43) kehilangan barang-barangnya itu. Alhasil, sekembalinya menunggu suaminya dari operasi kecil kelenjar di leher, Yeti sempat kebingungan. Barang-barangnya itu ternyata disita satpam RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Demikian diceritakan Yeti (43) kepada detikcom di selasar luar lantai 2 RSHS Bandung, Rabu (28/3/2007). Yeti bersama adiknya Epul (29), sudah delapan hari ini menjadi penghuni 'ilegal' RSHS. Hal itu terpaksa dilakukan untuk melakukan pengobatan suaminya Ooy (50) yang sakit pembengkakan kelenjar di leher."Senin kemarin (26/3/2007), saya dan adik saya menunggu suami dioperasi kecil. Saya lupa membereskan dan membawa keluar barang-barang saya dari aula. Pas kembali lagi ke sini, barang-barang sudah
nggak ada. Saya nyari-nyari dan nanya sama satpam. Eh dia bilang ada di gudang, disita katanya," ingatnya sambil menahan tawa.Bagi Yeti, itu adalah pengalaman menggelikan sekaligus menegangkan. Betapa tidak, semua pakaian dan obat suaminya berada di tas yang dia tinggalkan. Awalnya, lanjut dia, satpam enggan memberikan tikar."Dia bilang takut digelar lagi di aula. Setelah saya mengiba-iba, akhirnya pak satpam kasih. Saya bilang, kasihan suami saya baru dioperasi, masa tidak boleh tiduran," kata dia.Menurut Yeti, selama dia menginap di RS atau lebih tepatnya di aula IGD yang berada di lantai 2, pihak keamanan RS memperbolehkan dia, adiknya, dan suaminya menggelar tikar untuk tidur."Tapi itu hanya malam hari. Sejak pukul 6 pagi, kami harus sudah membereskan tikar dan barang-barang kami. Malamnya diperbolehkan lagi menggelar tikar di aula," katanya.Karena tidak ada ruangan yang bisa dipakai istirahat selama siang hari, Yeti bersama pasien lainnya menggunakan selasar luar di lantai yang sama. Mereka menggelar tikar mepet dengan dinding, untuk menghindari sengatan sinar matahari dan guyuran hujan. "Bingungnya kalau hujan neng, kami terpaksa hanya berdiri di dalam. Kan gelar tikar engga boleh," ujarnya dengan senyum getir.Aula yang disebut Yeti adalah ruang terbuka berbentuk kotak di tengah-tengah ruangan rawat inap Instalasi Gawat Darurat RSHS Bandung. Saat ini, di aula tersebut berdiri tenda putih dengan kapasitas 30 pasien. Namun karena atap RS bocor, tenda itu hanya berisi 16 pasien.Nah, Yeti dan pasien rawat jalan yang memutuskan menetap sementara, mereka menggelar mengelilingi tenda. Sebagiannya lagi menggelar tikar di koridor RS yang tak jauh dari aula.
(ern/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini