Paparkan Kasus Timtim, Uskup Belo Pakai Bahasa Portugal
Senin, 26 Mar 2007 12:57 WIB
Jakarta - Mantan Uskup Dili Carlos Felipe Ximenes Belo dimintai keterangan oleh Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP). Dalam pemaparannya, Uskup Belo menggunakan Bahasa Portugal.Belo menyatakan situasi mulai memanas di Timtim pada 1999 akibat dibentuknya milisi, baik pro kemerdekaan atau pro integrasi. Keadaan semakin memanas ketika Presiden RI saat itu, Habibie, mewacanakan penentuan masa depan Timtim berada di bawah otonomi khusus atau kemerdekaan melalui referendum."Sejak itulah muncul intimidasi dan kekerasan di sejumlah daerah," kata Belo yang diterjemahkan oleh seorang interpreter di Hotel Crowne Plaza, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (26/3/2007).Dibeberkan Belo yang mengenakan setelan jas hitam ini, kekerasan pertama kali terjadi pada 7 April 1999 di wilayah Liquisa yang menewaskan 5 orang. Kekerasan terus berlanjut saat pembentukan Conselho Nacional da Resistencia Timor-Leste (CNRT) yang dipimpin Xanana Gusmao, hingga dilaksanakannya jajak pendapat pada 30 Agustus 1999.Menurut Belo, kekerasan tidak hanya berhenti di situ. Sejumlah rumah di Diyosis, Dili, dirusak oleh milisi yang dibantu sejumlah tentara. Warga saat itu mengungsi ke gereja dan ke rumah Uskub Belo.Pada 6 September 1999, Uskub Belo mendapat informasi dari seorang polisi bahwa gereja dan rumahnya akan diserang oleh sejumlah milisi.Saat itu The United Nations Mission in East Timor (UNAMET) membawa Belo ke Australia. Di saat bersamaan, dia mendapat kabar ada biarawan dan biarawati di Gereja Suai dibawa pimpinan milisi Jhony Marques.Usai paparan, Belo mendapat sejumlah pertanyaan dari KKP untuk klarifikasi lebih lanjut. Pertanyaan yang diajukan dalam bahasa Indonesia itu berfokus pada apakah Belo mengetahui siapa yang membentuk dan mendanai kelompok-kelompok milisi pro kemerdekaan maupun pro integrasi."Saya tidak mengetahui siapa yang memimpin, mendanai, dan masuknya senjata pada milisi tersebut. Saya hanya tahu sudah ada milisi yang terbentuk saat itu dari informasi pastur-pastur," jawab pria berkacamata itu dalam Bahasa Indonesia.Belo juga mengaku bahwa kekerasan yang terjadi di Timtim karena adanya konflik antara aparat kaemanan dan kelompok yang melakukan perlawanan. Selain itu dipengaruhi juga kultur orang Timtim yang sering berperang.Datang sebagai panelis dalam dengar pendapat itu adalah sejumlah anggota KPP yaitu mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, pakar hukum pidana dari Universitas Hasanuddin Prof Achmad Ali, serta uskup Kupang, Nusa Tenggara Timur, Petrus Turang. Panelis dari Indonesia ini dipimpin mantan hakim agung Benjamin Mangkoedilaga.Sedangkan panelis dari Timtim dipimpin oleh Jasinto Alves. Hadir sebagai anggota antara lain Cirilo J Cristowao dan Olaidine Caerio. Pemeriksaan saksi lainnya akan dilanjutkan kembali setelah rehat sekitar 60 menit.
(nvt/nrl)