Catatan Istri Burhan Piliang yang 12 Tahun Tersimpan

Kisah Korban Heli Bolcow

Catatan Istri Burhan Piliang yang 12 Tahun Tersimpan

- detikNews
Senin, 26 Mar 2007 08:29 WIB
Jakarta - Kisah kecelakaan heli Bolcow HS 7060 milik TNI AD pada 22 Agustus 1994 silam mencuat kembali. Gara-garanya, penemuan bangkai heli itu di kawasan gunung Sibayak, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) lima hari lalu. Kisah pahit ini tak pernah terlupakan oleh Nadra Idris, istri Burhan Piliang. Burhan Piliang, mantan wartawan majalah Tempo dan Prospek, menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan ini. Kisah memilukan ini begitu dirasa oleh Nadra Idris dan keluarganya, apalagi jenazah para korban sempat memunculkan misteri, karena baru ditemukan dua tahun kemudian. Tepat setahun kecelakaan heli, 22 Agustus 1995, Nadra Idris menuliskan kisah tentang suaminya itu. Tulisan itu berjudul 'Mengenang Setahun Kepergian Suami Tersayang Burhan Piliang'. Tulisan yang menceritakan kepergian Burhan ke Sumut dan kisah tentang kehidupan keluarga Burhan setelah kecelakaan heli itu selama ini tersimpan di laci meja. Nadra sempat berharap saat itu sebuah majalah mempublikasikan kisahya itu. "Sempat ada majalah yang minta. Tapi, ternyata tidak jadi dimuat, karena tidak boleh TNI AD saat itu," kata Nadra Idris saat ditemui detikcom di rumahnya di Bekasi, beberapa hari lalu. Praktis, selama 12 tahun, kisah yang ditulis Nadra memang tak pernah dikeluarkan dari laci mejanya. Sampai akhirnya, Nadra memperlihatkan tulisannya itu kepada detikcom. Tulisan Nadra terdiri dari lima halaman yang diketik di atas kertas HVS. Di awal kisahnya, Nadra menceritakan tentang kisah Burhan menjelang berangkat ke Dairi, Sumut untuk membuat film dokumenter PLN. "Pada waktu akan berangkat, rasanya tidak ada yang aneh-aneh tentang dirinya. Seperti biasa, pagi itu ia memasukkan pakaian-akaian yang akan dibawa ke dalam tas kain warna biru, tustel dan alat-alat film di dalam tas kuning," tulis Nadra. Di bagian lain, Nadra menuliskan kisah pilu saat dirinya mendapat kabar bahwa heli yang ditumpangi suaminya hilang kontak. Nadra sempat tidak yakin suaminya sudah meninggal dunia, karena jenazahnya juga belum ditemukan dalam waktu lama. "Mudah-mudahan Abang tenang di alam sana, tetapi kami yang ditinggalkan masih penasaran, karena pesawat yang ditumpangi Abang hilang secara misterius dan kelima penumpangnya saat ini belum ditemukan," tulis Nadra. Menurut Nadra, dirinya mendapat informasi kecelakaan yang menimpa suaminya dari temannya, Sori Siregar dan istrinya. "Besoknya, Yusni Nasution istri Bang Sori menelepon, bahwa ada yang tidak beres di Medan dan aku harus berangkat. Aku sepertinya belum siap untuk berangkat, sehingga aku wakilkan pada anakku, Pipi," tulis Nadra. Nadra sempat terngiang ucapan Burhan Piliang di depan dirinya dan anak-anaknya saat lebaran terakhir. "Kalian semua harus siap kalau sewaktu-waktu papa dipaggil Tuhan. Umur papa sekarang sudah 55 tahun, kalian harus akrab sesama saudara, walau saling berjauhan. Kirim-kirim surat, kalau ada yang sakit ditengok dan diurus. Dan kalau sudah pada besar, carilah kerjaan, jangan mengandalkan mama. Mama sekarang sudah punya warung, bantuin jangan dibiarkan sendiri," begitu ucapan Burhan yang selalu diingat Nadra. Dalam tulisannya, Nadra juga berbagi kisah tentang kehidupannya setelah Burhan meninggal dunia. PLN tidak pernah menyatakan duka cita atas kepergian suaminya. Sementara gaji dari majalah tempat bekerja Burhan sudah distop. Akhirnya, Nadra menghidupi keluarganya dari usaha warung yang menjadi warisan suaminya itu. "Saat ini, aku sedang gelisah. Gaji Abang di tempat ia bekerja dahulu sudah tidak diberikan lagi sejak Desember 1994," tulis Nadra. "Yang sangat saya sayangkan, meski Bang Burhan dipekerjakan oleh PLN Medan dalam membuat film dokumenter di daera Dairi, namun hingga saat ini pihak PL tidak pernah melayangkan surat turut berduka cita. Jangankan sumbangan duka cita, honor Bang Burhan sampai saat ini belum kami terima," tulis Nadra di bagian lain. Puing heli HS 7060 yang ditemukan kembali lima hari lalu, sebenarnya pernah ditemukan tahun 1996 lalu. Yang menarik, saat didatangi Tim SAR baru-baru ini, di puing heli itu masih ditemukan banyak tulang belulang para korban. Padahal, tahun 1996 lalu, kerangka jenazah para korban sudah dievakuasi oleh TNI AD dan diberikan kepada pihak keluarga. (asy/asy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads