Dugaan Kepala SMPN 8 Depok soal Pemicu Siswa Berkebutuhan Khusus Lukai Diri

Dugaan Kepala SMPN 8 Depok soal Pemicu Siswa Berkebutuhan Khusus Lukai Diri

Devi Puspitasari - detikNews
Jumat, 04 Okt 2024 17:59 WIB
Boy showing STOP gesture with his hand. Concept of domestic violence and child abuse. Copy space
Gambar ilustrasi (Getty Images/iStockphoto/gan chaonan)
Depok -

Seorang siswa kelas IX di sekolah menengah pertama (SMP) berinisial R (15) di Cimanggis, Kota Depok, diduga menjadi korban bullying hingga melukai diri sendiri. Kepala SMPN 8 Tatag Hadi Sunoto mengungkapkan dugaan alasan R melukai diri sendiri.

"Kurang tahu mungkin sambil candaan ataupun kecapekan ataupun situasi yang bagaimana, kenapa sampai begitu," kata Tatag kepada wartawan di SMPN 8, Cimanggis, Depok, Jumat (4/10/2024).

Dia mengatakan tujuh siswa yang diduga melakukan bullying terhadap R telah diperiksa. Namun mereka membantah mem-bully R.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Tujuh siswa) sudah (diperiksa). Iya dalam arti yang dilakukan selama inilah. Karena memang kondisi anaknya seperti itu. Iya (mereka membantah mem-bully R)," tuturnya.

Sekolah Bantah Korban Dilempar Batu

Sebelumnya, seorang siswa kelas IX di salah satu SMP di Depok, R (15), diduga menjadi korban perundungan atau bullying hingga melukai diri sendiri. Kepala sekolah membantah R dirundung dengan cara dilempari batu oleh sesama siswa.

ADVERTISEMENT

"Nggak ada (lempar batu siswa ke R)," kata Kepala SMPN 8 Tatag Hadi Sunoto di Depok, Jumat (4/10).

Tatag menyebut tidak ada batu di sekolahnya. Dia mengatakan, kalaupun ada, batu di sekolahnya hanya berukuran kecil.

"Oh ya iyalah (bantah adanya pelemparan batu). Seperti tadi, jangankan batu, kerikil saja nggak. Lihat saja yang di sekitar itulah. Oke, tempat lompat jauh yang sekarang diiniin kan paling pasir. Kalaupun ada batu kerikil yang itu. Ya di situ kan. Kan nggak ada. Jangankan batu ibaratnya kerikil saja kan. Bisa lihatlah," jelasnya.

Dia menganggap narasi R, yang merupakan siswa berkebutuhan khusus, dilempari batu beredar karena tidak ada klarifikasi ke sekolah. Dia mengatakan siswa yang diduga melakukan perundungan telah dimintai keterangan dan membantah.

"Ya itu maaf-maaf saja. Kalaupun misalnya dalam tanda kutip itu. Karena mungkin tanpa klarifikasi ataupun nggak konfirmasi yang tepat. Sehingga mungkin tidak disusun kata kalimat seperti itu," tuturnya.

(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads