Kapolri Tampik Polisi Dar Der Dor Lantaran Melarat
Selasa, 20 Mar 2007 17:00 WIB
Jakarta - Faktor minimnya kesejahteraan polisi diduga yang sering memicu penyalahgunaan senjata api. Namun Kapolri Jenderal Pol Sutanto menolak anggapan tersebut. Masih perlu penelitian mendalam.Kapolri beralasan, kasus dar der dor antarpolisi atau diri sendiri, bisa menimpa siapa saja."Itu kan bisa menimpa siapa saja. Jumlahnya (anggota polisi) kan besar, 340 ribu. Itu kan baru 0,000 sekian persen," kata Kapolri di Kantor Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (20/3/2007).Kasus Brigadir Fadli Mondra di Padang, Sumatera Barat, yang menembak dagunya sendiri karena stres menghadapi penyakit istrinya, kata Kapolri, hanya satu kasus saja."Jadi bukan seperti begitu. Itu kan 0,000 sekian persen, jangan dijadikan patokan," tegas Kapolri lagi.Kapolri juga meminta kasus tersebut tidak dikaitkan dengan penembakan AKBP Lilik Purwanto di Semarang, Jawa Tengah, oleh anak buahnya, Briptu Hance. "Jangan (dikaitkan), kita lihat data statistiknya," kata dia.Apa mungkin karena minimnya kesejahteraan? "Kita harus amati secara mendalam, tidak bisa menyebutkan begitu saja," cetus Kapolri.Yang pasti, imbuh Kapolri, Polri sudah mengevaluasi kondisi psikologi aparatnya."Sekarang itu masuk kepolisian kita sudah menggunakan psikotes yang baru. Bagaimana dia bisa menjadi seorang polisi yang melayani dan mengayomi di masyarakat. Kita ubah dari tes yang lama," kata dia.Salah satunya, dalam proses penerimaan calon anggota, Polri bekerjasama dengan LSM dan perguruan tinggi.Artinya psikotesnya lebih keras? "Tentu, selain psikotes, juga kemampuan yang lain-lain," pungkas dia.
(umi/sss)