Mojokerto - Jika melintas di daerah Trowulan, Mojokerto, Anda menyaksikan pengrajin patung yang hasil produknya diam-diam telah melalang buana ke berbagai negara. Namun nama Trowulan sendiri tenggelam.Patung-patung yang terbuat dari batu kali maupun gunung itu bentuknya beraneka ragam. Yang paling banyak ditemui adalah patung arca yang menggambarkan tokoh-tokoh atau ikon kerajaan.Ada patung Budha, Dewa Siwa, Ganesha, Kendedes, Anoman, Candi Borobudur, serta yang lainnya. Harganya pun bervariasi, Rp 250 ribu hingga jutaan.Jumlah warga setempat yang tertarik menekuni seni pahat cukup banyak. Sayangnya, produk Trowulan ini kurang
go international. Persoalannya karena memang sebagian besar pengrajin menjualnya ke tengkulak daripada langsung ke kolektor."Kita kurang menguasai jika harus jual sendiri. Banyak
art shop yang memesan ke kita dalam jumlah banyak. Sama mereka kemudian ada yang diekspor atau dipajang di
art shop di daerahnya sendiri," kata Junaidi, pengrajin asal Trowulan saat ditemui
detikcom, Sabtu (17/3/2007).Sehingga jangan heran jika patung-patung pahatan Trowulan banyak juga ditemui di Bali maupun daerah wisata di luar Jawa Timur. Nama Trowulan seolah tenggelam.Dari hasil keringatnya, Junaidi selama sebulan hanya mengantongi Rp 900 ribu. "Tapi tergantung banyaknya pesanan juga. Kalau banyak, ya kita dapatnya besar," tuturnya. Sekarang ini, tambahnya, jumlah pesanan kebetulan lagi sepi.Bagaimana bahan bakunya? Junaidi mengaku kalau bahan utama yakni batu sungai yang dia dapatkan dari daerah Kandangan, Malang, dengan harga Rp 1 juta per truk."Kita iuran bersama kawan-kawan di sini," katanya yang mengerjakan patung bersama 8 orang lainnya di
workshop-nya.Sedangkan lama pengerjaan satu patung, Junaidi mengaku membutuhkan waktu 2 minggu untuk batu hitam dengan ukuran dan bentuk yang banyak detilnya. "Sedangkan untuk batu hijau hanya butuh waktu 5-6 hari karena lebih empuk," katanya.Sedangkan untuk masalah harga, pria yang menekuni pekerjaannya selama 5 tahun ini tidak pernah mematok harga karena harus melihat tingkat kerumitan pahatan patung itu. "Meski patung itu berukuran kecil, tapi kalau pahatannya rumit ya mahal, mas," tambahnya.Lain lagi dengan Rudi (43). Pria yang 15 tahun menekuni seni pahat ini lebih banyak menyimpan patung-patung yang telah dibuatnya. "Kalau
nyetok kan enak mas, kita tidak perlu susah lagi bikin, kita tinggal kirim," ujar Rudi.
(gik/sss)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini