Gara-gara Insiden 7 Maret, Susi Kapok Naik Busway

Gara-gara Insiden 7 Maret, Susi Kapok Naik Busway

- detikNews
Kamis, 15 Mar 2007 15:00 WIB
Jakarta - Penumpang busway punya versi tentang insiden 7 Maret, demikan juga Transjakarta. Dan karena insiden itu pula, Susi Rustiani yang juga menumpang busway 058 dan menyaksikan insiden 7 Maret, jadi kapok naik busway. Padahal tanggal 7 Maret adalah pengalaman pertamanya naik busway.Susi menuturkan, insiden pemukulan petugas busway pada seorang penumpangnya sungguh terjadi. "Kebetulan saat itu saya menumpang pada busway yang bersangkutan," kata Susi pada detikcom, Kamis (15/3/2007).Susi naik dari Ragunan menuju kantornya di Kuningan. Waktu itu hari Rabu tanggal 7 Maret 2007 sekitar pukul 10. 00 WIB. "Saya datang ke kantor agak siangan karena harus membawa anak ke dokter dulu. Saat itu adalah kali pertama saya naik busway, dan ternyata saya mendapat kesan yang begitu mengecewakan," kata Susi.Menurut kesaksian Susi, sopir busway yang cantik marah setelah ditegur seorang penumpang pria. "Walaupun sudah dibujuk oleh petugas di dalam busway, sopir tersebut terus saja ngomel," kata Susi. Hingga akhirnya, lanjut, Susi, penumpang yang menegur tersebut turun di halte di kawasan Kuningan. "Sopir beserta petugas 3 orang mengejar cowok tersebut. Dengan gagahnya mereka mengeroyok cowok tersebut, dan tak kalah gagahnya sang sopir ikut menendang-nendang dan melepas sepatu untuk memukul cowok tersebut," cerita Susi. Susi sangat kecewa dengan kejadian itu, apalagi dilakukan di depan banyak penumpang. "Sampai sekarang saya tidak mau naik busway lagi," kata Susi.Sebelumnya, operator Transjakarta menuturkan, insiden kekerasan petugas busway pada 7 Maret tidaklah benar. Operator juga telah memeriksa empat kru busway tersebut bersama seorang kasir di TKP.Ugal-ugalanSejumlah pembaca detikcom mengomentari kejadian 7 Maret yang kisahnya menyebar di internet. Imanuel Manulu menceritakan, berdasarkan pengalamannya naik busway selama ini, 90% sopir membawa busway dengan ugal-ugalan, seperti tidak membawa orang, tapi bawa barang. "Misalnya saat mau berbelok, laju kendaraan terlalu cepat sehingga para penumpang yang berdiri pasti terpelanting kalau saja tidak ada pegangan," kata Imanuel. "Cara-cara seperti ini mengingatkan saya sama supir mikrolet, sementara penumpang mikrolet tidak ada yang berdiri," keluhnya. Sedangkan pembaca bernama Ditho mengaku pernah dibohongi petugas busway. Armada masih ada yang lewat, dibilang sudah tidak ada. "Emang nggak ada koordinasi antar petugas? Terus buat apa HT di tangan, apa cuma buat gagah-gagahan aja?" tanyanya. (nrl/ana)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads