Megaria, Tempat Strategis Mutusin Cowok & Demonstrasi

Megaria, Tempat Strategis Mutusin Cowok & Demonstrasi

- detikNews
Rabu, 14 Mar 2007 07:55 WIB
Jakarta - Kompleks Megaria, yang identik dengan bioskopnya, sungguh kawasan penuh kenangan bagi sebagian warga Jakarta. Kompleks yang hendak dijual dengan harga pembukaan Rp 151 miliar lebih itu menyimpan cerita penuh nostalgia dari generasi ke generasi.Eni, seorang karyawati media asing, mengenang Megaria sebagai tempat untuk mutusin cowok yang paling strategis."Suasana gedungnya kan kuno banget tuh, terus dikelilingi pohon-pohon rindang. Abis diputusin, dijamin tuh cowok puitis deh," cerita Eni pada detikcom, Rabu (14/3/2007) sambil terkekeh.Bagi Serene, pembaca detikcom yang kini menetap di AS, Megaria adalah salah satu tempat pacaran yang asyik."Dulu, waktu masih kuliah tahun terakhir, kerja dan belum menikah, saya kost tidak jauh dari Megaria. Nah, Megaria itu tempat nonton saya dengan teman-teman dan pacar:) Rute yang selalu diambil: makan ayam bakar atau bakso di belakang bioskop baru nonton,"tulisnya lewat surat elektronik. "Saya juga teringat waktu kehamilan pertama saya sudah sekitar 9 bulan, sebelum kontrol ke dokter, saya dan suami mampir dulu check film yang lagi diputar di Megaria. Maksud hati pulang dari dokter mau nonton dulu sekalian say good bye ke bioskop untuk waktu yang cukup lama. Apa daya, sampai di dokter yang ada disuruh langsung masuk RS. ""Sekarang saya dan mantan pacar yang sudah jadi suami tinggal di Amerika. Gara-gara berita ini, saya jadi kangen banget sama ayam bakar dan bakso Megaria. Nama aslinya bukan itu sih, saya lupa. Ganti pemilik sih ok aja. Tapi kalau boleh yang lainnya jangan berubah," begitu cerita Serena.Gunadi, mantan mahasiswa UPI YAI angkatan 1998, mengenang Megaria sebagai salah satu titik untuk berdemonstrasi. "Pada saat di depan Megaria kami dihadang PAM Swakarsa dan karena itu kali pertama saya mengikuti demo, saya sangat kaget banget karena beda banget penjelasan dari televisi mengenai Pam Swakarsa yang notabene lahir dari dorongan hati dari para pendemo yang setuju dengan Sidang Istimewa," cerita Gunadi.Tak lama kemudian bentrokan terjadi. "Kami pun melawan dan seru banget kayak main film aja. Iulah sedikit kenangan yang ada di Megaria tercinta yang menjadi saksi," ujarnya.Wahyu Susilo dari INFID, mengenang Megaria sebagai saksi bisu keberingasan Orde Baru pada saat penyerbuan Kantor PDI 27 Juli 1996. "Banyak teman-teman aktivis yang pada saat itu berjaga di markas PDI, pada saat rehat banyak yang melepas lelah di situ," ujarnya. "Saya ingat, ketika saya kerja di Solidaritas Perempuan, sejak Maret-April- Mei 1998 kita berapat di gedung Oktroi juga di kawasan Megaria merancang gerakan untuk turut serta menjatuhkan Soeharto. Selepas rapat, biasanya rame-rame nonton film. Di kawasan Megaria ini pula, digagas demo Suara Ibu Peduli yang digelar pada sidang umum MPR 1998. akibatnya: Karlina Leksono, Gadis Arivia dan Wilasih ditangkap karena berdemonstrasi di Bunderan HI," beber Wahyu. "Dari kawasan Megaria ini pula, nasi bungkus didistribusikan para relawan untuk mahasiswa yang menduduki MPR. Dari kawasan Megaria ini pula, susu formula dibagikan kepada ibu-ibu miskin yang pada saat itu kesulitan mendapatkan susu formula yang 'ngumpet' entah di mana," begitulah kenangan Wahyu Susilo.Anda juga punya kenangan tentang Megaria? Ceritakan pada kami di redaksi@staff.detik.com. (nrl/ziz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads