Jakarta - Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) Antariksa membantah telah menelantarkan 156 pasien gagal ginjal di klinik cuci darah yang dikelola bersama dengan Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) di Halim Perdanakusuma."Pasien-pasien tersebut tidak terlantar, dengan ditutupnya klinik cuci darah YGDI," ujar Kepala RSPAU Antariksa Kolonel Kesehatan Bambang dalam jumpa pers bersama Kadispen AU Marsekal Pertama Daryatmo dan Kepala Dinkes AU Marsekal Pertama TNI Zulizar di RSPAU Antariksa Halim Perdanakusuma, Jumat (8/3/2007).Dijelaskan Bambang, Pasien-pasien yang sebelumnya ditangani klinik cuci darah YGDI kini ditampung di klinik cuci darah di RSPAU. "Karena fasilitas kami lebih baik," katanya.Dituturkan Bambang, permasalahan ini muncul ketika TNI AU memutuskan untuk mengakhiri kerjasama pengelolaan klinik cuci darah oleh YGDI. Menurut dia tidak benar pemberitaan yang menyatakan RSPAU telah menelantarkan pasien cuci darah YGDI."Yang ada, sebanyak 102 pasien telah dirawat di klinik RSPAU yang memiliki kapasitas 230 pasien dengan fasilitas 36 mesin cuci darah," imbuh Bambang.Sementara Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Daryatmo mengatakan, TNI AU memutuskan kerjasama karena YGDI telah melanggar kesepakatan bersama mengenai pengoperasian klinik yang dikelola sejak 1985 itu. YGDI tidak lagi mempekerjakan tenaga medis dari TNI AU."Sejauh ini kita telah berusaha menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Tapi karena itu tidak bisa, maka solusinya lewat jalur hukum," tegas Daryatmo.Selain itu, lanjut Daryatmo, YGDI kurang transparan dalam penambahan lahan klinik di tanah milik aset TNI AU. " Hasil audit BPKP juga menyatakan YGDI tidak memberikan kontribusi kepada negara dan TNI AU secara signifikan," tandas Daryatmo.
(bal/sss)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini