Erya Yustika (31), Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kejaksaan yang tinggal di Desa Ladang, Sintang, Kalimantan Barat berbagi pengalamannya memanfaatkan program BPJS Kesehatan untuk menjalani pengobatan keluarga. Ia mengaku BPJS Kesehatan telah membantu ibunya menjalani cuci darah rutin setiap minggu.
"Saya sekeluarga selalu menggunakan BPJS Kesehatan apabila sedang terserang penyakit dan alhamdulillah sejauh ini saya pribadi sih belum pernah, tapi kalau keluarga, kebetulan ibu saya pasien gagal ginjal dan selalu melaksanakan cuci darah setiap minggu," kata Tika dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024)
"Untuk biayanya saya dapatkan seluruhnya secara gratis ya, berbeda dengan semisal di rumah sakit swasta dan tanpa menggunakan BPJS Kesehatan itu kurang lebih akan memakan biaya Rp 1,6 juta untuk cuci darah per kunjungan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati sudah merasakan kemudahannya, Tika menilai masih banyak masyarakat yang belum teredukasi mengenai manfaat BPJS Kesehatan. Ia merasa kebanyakan masyarakat termakan stigma yang bereda, sehingga mereka takut untuk berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Padahal, BPJS Kesehatan dapat menjaminkan berbagai macam penyakit dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
"Saya masih agak miris karena baru-baru ini kejadian kepada tetangga saya pribadi yang tidak teredukasi terkait manfaat dari BPJS Kesehatan. Kalau bisa, saya mohon juga kepada BPJS Kesehatan untuk dapat bersosialisasi secara intens lagi karena masih banyak warga yang belum teredukasi tentang manfaat dari BPJS Kesehatan," tutur Tika.
"Karena orang tua saya sendiri pun selama dua tahun sudah melakukan cuci darah dan itu tidak pernah membayar apapun dan sepeser pun, sayang jika masyarakat takut karena tidak mengetahui manfaat tersebut," imbuhnya.
Tika pun menekankan pentingnya edukasi yang lebih luas tentang layanan BPJS Kesehatan, terutama mengenai prosedur yang ditanggung seperti cuci darah. Tika berharap BPJS Kesehatan dapat terus meningkatkan kualitas pelayanannya serta meningkatkan intensitas dalam sosialisasi kepada masyarakat, khususnya mengenai penyakit-penyakit yang memerlukan biaya besar. Dengan begitu, masyarakat dapat selalu mengandalkan BPJS Kesehatan saat membutuhkan.
"Terkait penyakit-penyakit yang sekiranya membutuhkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang besar menurut saya harus disosialisasikan lebih gaung lagi oleh BPJS Kesehatan kepada masyarakat agar seluruh masyarakat secara luas mengetahui manfaatnya secara langsung, agar masyarakat nantinya memahami manfaat besar yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Terutama masyarakat yang membutuhkan dan berada di pedalaman," tegasnya.
Tika juga menegaskan BPJS Kesehatan harus terus berupaya meluruskan misinformasi yang beredar agar tidak lagi masyarakat yang merasa ragu untuk berobat menggunakan BPJS Kesehatan, terutama yang terkena penyakit serius dan membutuhkan biaya yang besar. Ia mengungkapkan dirinya juga berencana menggunakan BPJS Kesehatan dalam proses persalinannya yang akan datang.
"Padahal orang tua saya sendiri pun kurang lebih selama dua tahun melaksanakan cuci darah itu tidak pernah bayar sepeser pun, bahkan obat yang paten sekali pun karena untuk pengobatan cuci darah ini dan notabenenya mahal juga tidak ada yang berbayar sama sekali, dan bahkan jika ada yang meminta bayaran pun seharusnya juga dilaporkan ke pihak BPJS Kesehatan untuk ditindak lanjuti. Kebetulan juga untuk proses lahiran anak saya yang pertama, saya berencana untuk menggunakan BPJS Kesehatan juga agar segala proses lebih mudah dan cepat," pungkasnya.
Sebagai informasi, BPJS Kesehatan terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Salah satunya dibuktikan dengan pengalaman Tika yang merasakan keringanan beban biaya kesehatan masyarakat karena program BPJS Kesehatan.