Padang - Sedikit keberuntungan masih ada di balik peristiwa kebakaran Istana Pagaruyung, di Kabupaten Tanahdatar, Sumatera Barat. Berbagai dokumen asli peninggalan Raja Pagaruyung ternyata tidak ikut terbakar."Jadi tidak benar kalau ada pemberitaan yang menyatakan kalau seluruh dokumen dan peninggalan sejarah kerajaan Pagaruyung lainnya habis terbakar," kata pewaris Pagaruyung Puti Reno Raudha Thaib, kepada
detikcom, Rabu (28/2/2006).Menurut Raudha Thaib, berbagai dokumen dan peninggalan kerajaan Pagaruyung yang asli itutidak ikut terbakar karena tidak ditempatkan di Istano Basa Pagaruyung. Peninggalan bersejarah itu ditempatkan di Istano Silindung Bulan yang terletak sekitar 500 meter dari Istano Basa.Namun demikian, sambung Raudha Thaib, terbakarnya istana yang merupakan replika Istano Basa Pagaruyung yang terbakar habis pada tahun 1804 tersebut, sangat memilukan warga Minangkabau. Sebab, istana yang dibangun pada masa pemerintahan gubernur Harun Zain (1976) bertujuan untuk membangkitkan kembali harga diri masyarakat Minangkabau yang sempat terhempas akibat gagalnya pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). "Kerugian terbesar kita adalah dengan terbakarnya Istano Basa Pagaruyung tadi malam adalah hilangnya bukti dari semangat dan nilai-nilai itu. Selain terbakarnya seluruh candi dan kain-kain hiasan di dalam istana," ujar Raudha Thaib.Istana Basa Pagaruyung adalah saat ini menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Istana ini juga sering digunakan untuk menggelar berbagai kegiatan adat Minangkabau, seperti tempat untuk mengukuhkan sejumlah orang menjadi tokoh adat Minangkabau. Tokoh-tokoh yang pernah dikukuhkan di Istano Basa Pagaruyung adalah, Raja Negeri Sembilan Malaysia Tuanku Jaafar Bin Tuanku Abdul Rahman, Sultan Hamengkubuwono X, Taufik Kiemas, Mantan Presidan Megawati Soekarno Putri, Ketua BPK Anwar Nasution, Presiden SBY dan istrinya, Ani Yudhoyono.
(yon/djo)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini